Mohon tunggu...
Diana Handayani
Diana Handayani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya mahasiswi jurusan psikologi di UBHARA JAYA

A fan of education, I have a health profession and continue my education as a psychology student As a Creative content creator, which makes me a part time writer Happy to share and learn and discuss with you. So, if you have an interesting topic to talk about, I'm here!

Selanjutnya

Tutup

Parenting

FATHERLESS : Ayah Ada Tapi Tiada

5 Agustus 2024   05:21 Diperbarui: 5 Agustus 2024   05:22 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Kondisi "Fatherless" merujuk pada situasi di mana seorang ayah hadir secara fisik di dalam keluarga namun tidak menjalankan perannya secara aktif dalam membesarkan anak-anak. Dalam hal ini, ibu menjadi figur dominan dalam keluarga, sementara ayah lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk bekerja atau terlibat dalam aktivitas lainnya.

Di Indonesia, masalah "Fatherless" cukup memprihatinkan. Data menunjukkan adanya peningkatan dalam berbagai masalah sosial seperti kenakalan remaja, kriminalitas yang melibatkan anak-anak, penggunaan narkoba, perilaku seks bebas, serta penyimpangan seksual. Selain itu, ada juga peningkatan kasus stres, depresi, bahkan bunuh diri di kalangan anak-anak.

Ketika anak-anak yang mengalami kondisi "Fatherless" ini dewasa dan membentuk keluarga sendiri, mereka seringkali kesulitan dalam mengelola rumah tangga. Hal ini bisa mengakibatkan suami yang tidak mampu memimpin keluarga dengan baik atau istri yang kesulitan mengelola emosinya, sehingga meningkatkan risiko perceraian.


Berdasarkan laporan Statistik Indonesia 2023, kasus perceraian di Indonesia mencapai 516.334 kasus pada tahun 2022. Jelas angka ini meningkat 15% dibandingkan 2021 yang mencapai 447.743 kasus. Ini berarti di tahun 2022 setiap satu jam terjadi 60 perceraian di Indonesia!

Dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang tumbuh tanpa kehadiran dan pengasuhan ayah (Fatherless) cenderung mengalami keterlambatan dalam perkembangan emosional mereka dibandingkan dengan usia biologis mereka.

Oleh karena itu, penting untuk segera mempercepat upaya mengembalikan peran ayah di rumah sebagai pendidik dan pembina anak-anak. Langkah ini diperlukan agar masa depan bangsa tidak terganggu oleh menurunnya kualitas generasi yang akan datang.

Perlu ditingkatkan jumlah komunitas yang fokus pada peran ayah, memperkuat kampanye tentang bahaya kondisi fatherless, dan mendorong lebih banyak ayah untuk mengikuti seminar atau kelas parenting. Dengan begitu, kesadaran dan kemampuan ayah dalam mengasuh anak dapat meningkat.

Peran krusial ayah dalam keluarga juga tercermin dalam sabda Nabi Muhammad SAW: "Seorang ayah adalah bagian tengah dari gerbang surga. Jadi, tetaplah di gerbang itu atau lepaskan" (H.R. Tirmidzi). Hadis ini menekankan bahwa ayah memainkan peran kunci dalam membimbing dan mendidik anak agar mereka bisa sukses dan mendapatkan tempat di surga.

Harapan saya  agar para ayah semakin menyadari betapa pentingnya menjalankan peran mereka secara penuh sebagai orang tua bagi anak-anak mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun