Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Logo Halal, masih dibutuhkan di negeri mayoritas muslim

1 Februari 2025   12:50 Diperbarui: 1 Februari 2025   12:50 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar 20-30 tahun terakhir ini, kepedulian umat muslim untuk menjalankan syariat agama secara baik dan benar makin tinggi. Jaman saya kecil saya melihat nenek saya ke kantor (beliau anggota dewan di kota kelahiran saya) mengenakan kain dan kebaya. Dan keseharian beliau ya pakaian tradisional Jawa tsb. Padahal saya belajar Al Fatihah dari beliau, jadi saya merasa insya Allah beliau muslimah yang baik. 

Jaman itu sepertinya penggunaan jilbab masih sangat jarang. Mungkin hanya pesantren-pesantren yang mewajibkan santri wanitanya berjilbab dan baju panjang. Ketika saya bersekolah, bahkan di SMApun jumlah teman-teman perempuan yang berjilbab bisa dihitung dengan jari tangan. Tapi sekarang, di manapun dengan mudah kita melihat muslimah berjilbab.  

Makanan halal sesuai syariat

Makanan halal yang sesuai syariat agama bukan hanya daging yang disembelih dengan membaca bismillah. Tapi seluruh proses pembuatan makanan yang dimulai dari penyembelihan, peralatan yang digunakan, bahan dan bumbu yang dipakai, juga harus bebas dari hal dan benda yang haram. 

Sebagai muslimah yang gemar bepergian dalam negeri, urusan makan dan menunaikan sholat wajib di luar rumah masih belum semudah yang saya harapkan. Mengkonsumsi sayuran di restoran yang juga menyajikan makanan mengandung babi, misalnya, tidak berarti sayuran tsb halal buat muslim, karena kemungkinan proses memasak sayuran tsb menggunakan wajan yang habis dipakai memasak babi, atau pisau yang digunakan tadinya dipakai mengiris daging babi.

Memang nampaknya complicated, tapi itu yang saya yakini. Kalau sedang traveling ke daerah dengan mayoritas non muslim, ke NTT atau Sulawesi Utara misalnya, saya lebih memilih makan mie instan yang ada logo halal dibandingkan ke restoran yang tidak memasang logo halal. 

Pemasangan logo halal ini menjadi referensi kami sekeluarga. Meskipun pernah ada polemik tentang sertifikasi logo halal, hal itu di luar tanggung jawab konsumen. 

Adanya stiker logo halal di pintu atau dinding restoran, lengkap dengan nomer sertifikat, adalah yang dicari konsumen untuk memesan menu yang ditawarkan tanpa keraguan. 

Muslim traveler, pangsa pasar yang besar

Dalam rangka meningkatkan perekonomian dari sektor pariwisata halal, pemerintah daerah dapat lebih aktif mengajak restoran halal food mendaftarkan gerainya. Tentunya proses pemeriksaan dan evaluasi ulang harus secara berkala dilakukan. Selain itu pemerintah juga bisa bekerja sama dengan swasta atau individual membuat aplikasi halal yang user-friendly yang antara lain memuat masjid terdekat, tempat-tempat sholat di tempat umum, restoran dll. 

Indonesia punya pangsa pasar yang besar karena penduduk di sini mayoritas muslim, dan jika 40% saja dari mereka gemar bepergian, maka bisa dipastikan pendapatan asli daerah bisa ditingkatkan dengan wisata halal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun