Pertama kali melihat sajian bubur Manado, saya agak mengerutkan kening. Bubur kok warnanya kuning yang kuningnya bukan dari telor ayam kampung yang dipecahkan sebelum menuang bubur panas. Lalu ada pipilan jagung dan ikan asin goreng garing.Â
Di kepala saya bubur itu ya seperti bubur ayam yang banyak ditemukan di trotoar jalanan Jakarta, bubur dari beras dengan topping suwiran ayam, potongan ati ampela dan irisan bawang daun, disiram kuah kuning, lalu ditutup dengan kerupuk kampung warna oranye.
Kenapa saya menulis judul bubur Menado, bubur 4 sehat, hampir 5 sempurna? Di dalam 1 mangkok bubur ini ada nutrisi yang dibutuhkan tubuh. Ada karbohidrat, ada sayur, ada protein, ada buah. 4 sehat 5 sempurna itu tagline makanan sehat jaman saya kecil.Â
Bubur dengan topping bermacam-macam itu ternyata cukup enak di lidah saya. Rasanya unik, tidak biasa di lidah orang Jawa karena sambal Roa-nya. Kuningnya ternyata dari labu kuning yang dimasukkan ke panci ketika beras sudah mulai melunak. Ada bumbu serai dan jahe selain bumbu standar garam dan merica.Â
Yang membuat bubur Menado atau Tinutuan menarik adalah adanya sayur bayam atau kangkung, pipilan jagung serta ikan teri/ ikan asin dan sambal Roa khas Menado sebagai pelengkap. Sambal Roa itu sendiri adalah sambal dari ikan Roa asap khas Sulawesi Utara.Â
Menu bubur ini biasanya saya pesan dari tetangga yang pintar memasak untuk disantap di hari Minggu pagi. Dari yang rencana hanya makan sedikit, sambil mengobrol di meja makan tak terasa bolak balik tambah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H