Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kepatuhan pada Aturan, Apa Bedanya Kita dengan Warga Negara Lain?

28 September 2024   10:52 Diperbarui: 28 September 2024   15:30 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Mesin penjual tiket dan mesin validasi di sebelahnya

Sebelum saya berangkat ke Berlin, saya membeli Welcomecard secara online. Sebetulnya bagi turis yang akan berkunjung ke Berlin ada beberapa opsi kartu diskon dan transportasi yang bisa kita pilih sesuai kebutuhan kita. Ada Berlin Pass, Museum Pass, atau Welcomecard. Durasi berlakunya kartu juga bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Karena saya hanya butuh free pass untuk naik kendaraan umum maka saya pilih Welcomecard untuk 5 hari seharga Eur53. Selain untuk naik kendaraan umum kartu ini juga memberikan diskon ke beberapa tempat tujuan wisata. 

Di websitenya sudah diinformasikan bahwa kita harus mencetak bukti pemesanan Welcomecard yang ada barcode dengan ukuran A4 untuk ditunjukkan pada petugas dan barcode tsb tidak boleh dalam kondisi terlipat.

Berbekal barcode di kantong saya naik turun kendaraan umum di Berlin. Dari bandara Berlin ke Hauptbanhnhof/ Hbf atau stasiun kota. Naik u-bahn atau s-bahn. Naik bus juga. Sudah beberapa hari saya dan suami berganti-ganti moda transportasi umum tanpa pernah ditanya oleh supir atau kondektur untuk menunjukkan kartu pass saya.

Sungguh mengherankan.

Di pintu stasiun menuju peron juga tidak ada palang penghalang seperti pada umumnya, yang baru terbuka kalau kita tap in kartu. Di bus kota juga tidak pernah saya lihat warga lokal atau turis tap in kartu transport mereka meski ada alatnya di dalam bus.

Saya memang belum keliling dunia. Tapi sistem seperti ini hanya saya jumpai waktu saya ke Paris. Kalau kita naik Metro atau subway, tiket yang kita beli tidak untuk membuka palang masuk ke peron. Kita bisa masuk begitu saja meskipun misalnya kita tidak beli tiket. Tapi kalau sewaktu-waktu ada razia — dan ini random — dendanya sangat besar.

Konon katanya di Jerman pernah ada survei tentang kedisiplinan membeli tiket transportasi dan hasilnya yang jujur dan disiplin lebih besar dari yang nakal. 

Kenapa pemerintah setempat begitu percaya pada kejujuran warganya untuk membayar ongkos kendaraan? Adakah korelasi antara kejujuran dan kepatuhan warga dengan tingkat kesejahteraan masyarakat? Atau mereka sudah pernah didenda sehingga kapok? Atau karena sejak kecil mereka sudah dididik demikian? 

Dari Visitberlin.de  
Dari Visitberlin.de  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun