Lewat khayal kusentuh engkau
benamkan dalam telaga selaksa kenangan
tempatku lebih dulu kuyup
Lantas berdua kita kejar bianglala
ungu, kuning, merah, di cakrawala
Dan di batas lelah kita sama terhempas
bertukar tawa, tatap dan senandung hati.
Lewat imajinasi kurengkuh engkau
Saat malam membeku di 29 Ramadan
Serangga mati dan aku cuma sendiri di sini
bermain lagu-lagu lama, buku-buku usang
sedang segenap pikir terkait padamu.
Angin berdesir di perbukitan utara kota
pantulkan sepi dan sunyi rasa diri
Kau dengarkah?
Lewat lamunan kudekap engkau
dekat-dekat di hati
dan pada lonceng dua belas aku tersadar
bayang-bayang luruh pada dingin malam
berganti air mata
(originally posted on my wordpress account: wordpress.com/post/dianafn.wordpress.com)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H