Mohon tunggu...
Diana F Singgih
Diana F Singgih Mohon Tunggu... Lainnya - baru belajar menulis

Pensiunan yang saat ini hobinya merajut dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Positifnya Saling Follow Media Sosial Anggota Keluarga

1 Agustus 2024   19:57 Diperbarui: 1 Agustus 2024   20:01 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Di keluarga saya yang terdiri dari 2 orang tua, 3 anak dan 3 menantu, sepertinya saat ini yang paling aktif bermedia sosial itu saya. Dengan membuka medsos, anak-anak bisa tahu sedang apa dan di mana orang tuanya, karena kalau posting sesuatu saya pasti akan tag suami he he.

Tapi tidak demikian di masa lalu.

Dulu, ketika anak-anak baru beranjak remaja, media sosial saat itu hanya ada Facebook, Twitter kemudian Path. Sebagai gen X, saya aktif di Facebook karena teman-teman segenerasi mainnya di situ. Anak-anak saya yang generasi milenial aktif di Twitter dan Path, dan ketika mereka kuliah di luar kota, saya bikin akun dan follow mereka untuk memonitor kegiatan mereka. Karena kesibukan semua anggota keluarga, tidak mungkin menelpon setiap hari atau pulang setiap weekend. Mereka begitu aktif ngetwit sehingga saya bisa tahu kegiatan dan mood mereka sehari-hari. 

Sekarang anak-anak sudah dewasa dan menikah. Fungsi saling follow di media sosial tetap untuk mengetahui keberadaan mereka, dan untuk memperbaiki diri. Anak-anak tentunya follow media sosial saya, dan kalau saya memposting sesuatu yang salah atau kurang pantas menurut mereka, mereka tidak akan sungkan untuk menegur.

Contohnya ketika saya posting di Instagram sedang makan di restoran X. Ketika anak saya membaca postingan tsb, dia mengirim pesan lewat whatsapp menginformasikan kalau restoran tsb sebetulnya tidak halal. Nah, setelah itu setiap mau pergi makan di resto baru maka saya akan minta dia cek apakah resto tsb halal atau tidak.

Punya anak-anak yang sudah tidak serumah dengan orang tuanya, apalagi beda negara, tidak memungkinkan untuk sering-sering bertemu. Video call, atau melihat postingan dari mereka adalah koentji. Tapi ini hanya berlaku kalau anaknya rajin berselancar di medsos.

Anak bungsu saya tidak serajin kakak-kakaknya posting di medsos. Dia tinggal dan bekerja di luar negeri dan tidak terlalu suka posting-posting. Jadi kalau tidak ditelpon atau ditanya di grup Line keluarga bisa-bisa selama sebulan kami tidak tahu kabarnya. Beruntungnya dia mendapatkan pasangan yang rajin bermedia sosial, jadi bisa diharapkan kami akan sering mendapatkan update.

Meskipun akun media sosial milik pribadi, tetap saja kita harus memperhatikan apa yang akan kita posting agar tidak ada pihak yang tersinggung. Jadi kalau mau posting sesuatu yang melibatkan cucu yang masih bayi, saya biasanya akan minta ijin dulu ke orang tuanya. Untuk menjaga keharmonisan antara menantu dan mertua.

Bagaimana dengan kebiasaan di keluarga Kompasioner lainnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun