Sistem moneter internasional adalah bagian integral dari kerangka kerja global yang lebih luas. Oleh karena itu, sistem ini sangat dipengaruhi oleh distribusi dan pelaksanaan kekuasaan di tingkat global serta keberadaan pemimpin negara yang kuat dan dapat diandalkan. Seiring berjalannya waktu, sistem moneter internasional menunjukkan fluktuasi antara dua konsep yang berlawanan, yaitu antara fluktuasi nilai tukar yang umum (floating) dan kestabilan nilai tukar (fixed), serta antara stabilitas dan ketidakstabilan ekonomi.Â
Selain itu, mobilitas modal juga menjadi faktor kunci, dengan mobilitas yang lebih tinggi dimungkinkan untuk mengatasi situasi yang sulit. Hal ini menimbulkan kesulitan dalam menentukan apa yang dianggap normal dalam sistem ini, dan seringkali sulit untuk membedakan antara situasi yang normal dan tidak normal. Banyak orang cenderung percaya bahwa sistem yang ada adalah normal dan permanen, meskipun kenyataannya hal tersebut tidak selalu benar.Â
Di era digital yang semakin meluas ini, tentunya akan ada tantangan yang hadir dalam menjaga stabilitas sistem moneter internasional. Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia yang menyoroti tiga tantangan utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan global. Pertama, tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam ekonomi dan pasar keuangan global. Kedua, risiko digitalisasi keuangan, meskipun dapat mempermudah akses dan meningkatkan inklusi keuangan, tetapi juga membawa potensi risiko stabilitas sistem keuangan, terutama yang terkait dengan interkoneksi dengan bank dan munculnya bisnis baru.Â
Selanjutnya, mereka juga menyoroti perhatian mereka terhadap ketidakpastian global yang berkaitan dengan suku bunga di Amerika Serikat yang dapat mempengaruhi arus modal ke negara-negara berkembang, serta adanya ketegangan geopolitik yang masih berlanjut di berbagai belahan dunia. Yang terakhir, risiko yang terkait dengan transisi menuju ekonomi hijau, termasuk kebijakan pengurangan emisi karbon dan dampaknya terhadap sektor perbankan, termasuk risiko kredit dan reputasi.Â
Di era digital, bersamaan dengan tantangan yang muncul, terdapat juga peluang yang timbul dalam sistem moneter internasional. Mata uang digital seperti Bitcoin dan Ethereum, yang beroperasi secara independen dari bank sentral dan pemerintah, menciptakan peluang baru. Meskipun transaksi lintas batas dapat dilakukan dengan lebih cepat dan murah, regulasi yang kurang dan volatilitas nilai mata uang digital menjadi tantangan yang harus diatasi. Selain itu, bank sentral di berbagai negara sedang mempertimbangkan penerbitan mata uang digital mereka sendiri, yang berpotensi menggantikan uang tunai dan cek, namun juga menimbulkan tantangan terkait privasi, keamanan, dan stabilitas keuangan.Â
Mata uang digital yang dipatok pada asas stabil, seperti dolar Amerika Serikat, bertujuan untuk mengatasi volatilitas, namun stabilitasnya tergantung pada aset yang dipatok dan peraturan yang diterapkan. Diperlukan regulasi yang jelas dan konsisten untuk memastikan stabilitas dan keamanan dalam penggunaan mata uang digital. Selain itu, dalam upaya menghijaukan sistem moneter internasional, bank sentral dan lembaga keuangan internasional sedang mencari cara untuk mengintegrasikan risiko iklim ke dalam pengambilan keputusan mereka dan mempromosikan keuangan berkelanjutan.
Dalam menghadapi tantangan yang timbul dalam kerangka moneter internasional pada era digital saat ini, diharapkan bahwa regulator dan lembaga keuangan memiliki kesiapan untuk mengatasi perubahan tersebut. Regulasi yang jelas dan konsisten diharapkan dapat meningkatkan transparansi, mencegah penipuan, dan mengurangi risiko kerugian investasi. Regulasi tersebut perlu disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam sistem moneter internasional, termasuk penggunaan mata uang digital dan stablecoin.Â
Selain itu, pengembangan teknologi seperti teknologi blockchain diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam kerangka moneter internasional, termasuk pembangunan sistem pembayaran yang lebih cepat, lebih aman, dan lebih efisien. Sistem pengelolaan keuangan yang lebih terintegrasi diharapkan dapat membantu mengurangi ketidakseimbangan ekonomi global serta mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi, dengan aspek lebih transparan dan efektif.
Contohnya seperti Bank Indonesia, sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas stabilitas moneter, telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi tantangan ekonomi di Indonesia. Salah satu upayanya adalah melalui kebijakan yang dirancang untuk menciptakan stabilitas dalam sektor moneter. Dalam upaya ini, Bank Indonesia telah mengimplementasikan berbagai strategi, termasuk mengawasi inflasi barang impor yang berperan penting dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Selain itu, BI juga terus melakukan peningkatan terhadap kebijakan likuiditas dan makroprudensialnya guna mendorong akselerasi digitalisasi serta memperkuat inklusi ekonomi dan keuangan digital melalui sistem pembayaran berbasis kode QR (QRIS). Selain itu, Bank Indonesia juga melakukan intervensi langsung di pasar valuta asing serta melakukan operasi twist untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H