Budaya adalah konsep sentral dalam penelitian antropologi. Konsep ini biasanya mencakup aspek-aspek seperti pengetahuan, teknologi, nilai-nilai, kepercayaan, kebiasaan, dan perilaku yang umum bagi manusia. Menurut Marshall (1998), dalam masyarakat yang sederhana biasanya hanya terdapat satu bentuk kebudayaan terpadu yang dianut oleh seluruh anggota masyarakat. Sementara itu, dalam masyarakat yang kompleks, entitas budaya ini memiliki banyak lapisan, termasuk budaya dominan dan berbagai subkultur. Menurut Sullivan et al. (1996) setiap produk budaya yang diproduksi secara sadar untuk memenuhi selera mayoritas masyarakat dapat disebut sebagai budaya populer. Oleh karena itu, Sullivan mendefinisikan budaya populer secara sederhana sebagai bentuk budaya yang menarik bagi banyak orang.
Pada masyarakat berkembang, budaya yang tidak berasal dari adat atau keturunan setempat, yaitu budaya populer. Budaya populer adalah produk masyarakat industri. Artinya, kegiatan dan pencapaian budaya dibuat tersedia untuk masyarakat umum karena disajikan dalam jumlah besar, seringkali dengan bantuan teknik produksi, distribusi, dan reproduksi massal (Heryanto, 2012). Berdasarkan definisi ini, tidak mengherankan jika budaya populer menyebar ke wilayah yang luas di dunia. Budaya populer dicintai oleh banyak orang, dan dapat dikatakan telah dikonstruksi sebagai budaya baru.
Budaya populer Jepang atau J-pop, biasanya mencakup acara televisi, film, kartun/manga, anime, musik, dan fashion. Di antaranya yang paling populer di Indonesia adalah anime, manga, dan pakaian remaja Jepang. Pengguna pakaian gaya Jepang ini sering disebut sebagai cosplayer. Penggunaan istilah ini menunjukkan bahwa pakaian ini cenderung tidak dikenakan sebagai pakaian sehari-hari, melainkan untuk pameran atau pertunjukan bersama.
Costume Play awalnya berasal dari karakter manga, anime, atau game yang kita pikir tidak bisa untuk ditiru. Namun banyak anak muda jepang yang membuktikan kekreatifannya untuk membuat kostum yang sama seperti karakter yang mereka sukai. Kemudian Awal tahun 2004, J-fashion muncul di Indonesia dalam bentuk cosplay. Pertama di Jakarta kemudian menyebar ke berbagai kota besar di Indonesia. Pada akhir 1990-an dan 2000-an, sebelum cosplay menjadi populer, anime dan manga menjadi tren budaya populer Jepang yang diminati oleh kaum muda urban di Indonesia.
Popularitas J-fashion di Indonesia dikembangkan melalui banyak saluran komunikasi yang ada, seperti selebriti Agnes Monica, Indra Bekti dll. Lanjut melalui saluran televisi dan media sosial yang sekarang sudah banyak penggunanya. Untuk zaman sekarang yang sudah mudah untuk mendapatkan informasi, banyak diadakan event jepang diberbagai kota. Bahkan untuk saat ini event tersebut selalu diadakan dalam tiap bulannya dengan tema yang berbeda. Semakin canggihnya teknologi membuat tak hanya orang kalangan atas saja yang mengadakan event seperti ini, untuk siswa SMP-SMA sekarang sudah bisa mengadakan event besar.
Tahun lalu akun Instagram @neocon.id mengadakan event jepang dengan tema pesta rakyat wibu yang diadakan selama dua hari. Banyak orang yang datang kesana entah mengikuti kompetisi yang diadakan, sekedar ingin foto dengan seorang cosplayer, atau bahkan hanya untuk hiburan saja.Â
Namun dengan adanya budaya popular Jepang Cosplay ini juga mengembangkan potensi anak muda Indonesia. Banyak anak muda yang mulai berkarya, dan mengembangkan ide kekreatifitasnya.
Di era postmodern ini, dengan maraknya dunia budaya pop dan desain hiburan, proses pembuatan kostum cosplay menjadi semakin serius dan kompetitif. Semakin banyak artis yang membuat kostum meski tidak berniat untuk ikut dalam panggung cosplay, sehingga ini merupakan peluang bisnis yang menjanjikan bagi para aktor yang terlibat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H