Dalam kehidupan dimasyarakat, khususnya dalam negara Indonesia memiliki beragam budaya. Budaya sendiri merupakan pola perilaku, kepercayaan, nilai, tradisi dan cara hidup yang diwarisi dari generasi ke generasi dalam suatu kelompok di masyarakat. Budaya hadir dalam kehidupan masyarakat seperti adanya seni, musik, ada istiadat, serta sistem sosial. Budaya merupakan identitas kolektif suatu kelompok dan memainkan peran penting dalam membentuk perilaku dan persepsi individu serta hubungan sosial. Sedangkan, kebudayaan merupakan segala bentuk hal yang akan memberikan pengaruh dalam sebuah pengetahuan yang termasuk ke dalam berbagai macam bentuk sistem dari ide dan juga gagasan yang dimana akan berada didalam pikiran yang dimasuki oleh manusia. Musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan di masyarakat seperti halnya budaya dan menjadi sebuah kebutuhan hidup bagi sebagian masyarakat yang terutama memiliki jiwa seni.
Pada masa pandemi Covid 19 memiliki beragam pengaruh, hal ini termasuk berdampak signifikan pada aspek budaya. Dalam aspek budaya memiliki keterbatasan untuk dapat dibuka secara umum. Pada situasi pandemi terdapat pembatasan termasuk kegiatan yang memiliki aspek nilai budaya, termasuk konser musik. Konser dikatakan sebagai bagian dari budaya karena melibatkan berbagai aspek budaya yang mencerminkan identitas dan ekspresi seni suatu masyarakat.
Konser musik adalah bentuk ekspresi seni yang melibatkan musisi dan penonton dalam pengalaman yang unik. Musik itu sendiri adalah produk budaya yang mencerminkan kreativitas, emosi, dan pemikiran manusia. Konser musik memberikan platform untuk seniman menyampaikan pesan dan emosi mereka melalui karya musik mereka. Konser musik dapat menjadi cara untuk mempertahankan, merayakan, dan mewariskan tradisi musik dari generasi ke generasi. Misalnya, konser musik etnis atau konser musik tradisional sering kali memperkenalkan dan mempromosikan warisan musik tradisional suatu budaya kepada generasi yang lebih muda. Gaya musik yang dimainkan, instrumen yang digunakan, lirik lagu, dan tata cara yang terkait dengan konser musik, semuanya mengandung elemen-elemen budaya yang unik. Musik memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan-pesan yang kuat dan mempengaruhi pandangan dan sikap orang-orang. Konser musik sering digunakan sebagai platform untuk menyuarakan isu-isu sosial, politik, atau budaya yang relevan, dan dapat berkontribusi pada perubahan budaya yang lebih luas.
Masa pandemi mengubah banyak hal, banyak konser musik diberbagai belahan dunia yang harus dibatalkan atau mengalami penundaan karena pembatasan sosial sebagai bentuk dukungan pemutusan mata rantai virus Covid 19. Konser musik daring atau streaming dilakukan untuk jalan alternatif seni musik dapat dinikmati meskipun sebagain penontonnya tidak bisa menikmati seperti konser musik yang dilakukan langsung. Masa pandemi telah menyebabkan penurunan pendapatan yang signifikan bagi musisi, band, promotor konser, dan semua pihak terkait. Konser musik adalah salah satu sumber pendapatan utama bagi banyak individu dan perusahaan dalam industri musik, dan penundaan atau pembatalan konser telah mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar.
Dalam sosiologi memandang budaya dari tokoh Pierre Bourdieu yang seorang sosiolog Perancis, menekankan peran penting kapital budaya dan distingsi sosial dalam budaya. Pada konteks pandemi Covid 19, teori Bourdieu dapat memberikan beberapa pemahaman tentang bagaimana budaya konser musik berpengaruh. Bourdieu menyoroti pentingnya kapital budaya, yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan yang dimiliki oleh individu dan kelompok sosial. Dalam situasi pandemi, konser musik mengalami pembatasan dan perubahan signifikan, dan individu yang memiliki kapital budaya yang lebih besar mungkin lebih mampu beradaptasi dan mengakses pengalaman konser musik dalam bentuk yang baru.
Misalnya, dalam situasi pembatasan fisik dan larangan pertemuan massa, konser musik beralih ke platform virtual atau penyiaran langsung melalui media digital. Individu yang memiliki akses ke teknologi dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam konser virtual ini mungkin dapat tetap terlibat dalam budaya konser musik. Mereka yang memiliki kapital budaya yang lebih rendah, seperti akses terbatas ke teknologi atau kurangnya pengetahuan tentang cara menggunakan platform digital, mungkin mengalami kesulitan dalam mengikuti pengalaman konser musik selama pandemi.
Selain itu, dalam konteks distingsi sosial, pandemi ini juga dapat memperkuat ketimpangan dan pembatasan akses ke konser musik secara fisik. Tiket konser mungkin menjadi lebih mahal atau sulit didapatkan, dan individu yang memiliki kapital budaya yang lebih rendah mungkin kesulitan untuk menghadiri konser musik secara langsung. Ini dapat memperkuat kesenjangan sosial dan budaya dalam akses dan partisipasi dalam konser musik selama pandemi.
Namun, penting juga untuk dicatat bahwa pandemi Covid 19 telah mendorong inovasi dan eksperimen dalam budaya konser musik. Misalnya, konser musik drive-in atau konser di ruang terbuka telah muncul sebagai alternatif bagi konser langsung. Ini mencerminkan adaptasi dan kreativitas dalam menjaga budaya konser musik tetap hidup meskipun pembatasan fisik. Dalam kesimpulan, teori Bourdieu memberikan pemahaman tentang bagaimana kapital budaya dan distingsi sosial dapat mempengaruhi akses dan partisipasi dalam budaya konser musik selama pandemi Covid 19. Bourdieu memandang kapital budaya sebagai sumber kekuasaan dan distingsi sosial yang memengaruhi akses dan keuntungan dalam masyarakat. Bourdieu menyoroti bagaimana budaya berperan dalam pembentukan distingsi sosial dan hierarki dalam masyarakat. Ia berpendapat bahwa konsumsi budaya dan preferensi estetika memainkan peran penting dalam membedakan kelompok sosial. Orang-orang dengan kapital budaya yang lebih tinggi cenderung mengadopsi gaya dan preferensi budaya yang dianggap lebih tinggi nilainya, sementara mereka dengan kapital budaya yang lebih rendah mungkin lebih cenderung mengadopsi budaya yang dianggap lebih rendah.
Bagi Bourdieu, selera tidak bersifat netral dan alamiah, tetapi ditentukan dan diorganisasi oleh posisi kelas sosial di masyarakat. Selera sebagai salah satu kegiatan budaya tidak dapat dilepaskan dari sistem-sistem representasi khas suatu kelompok sosial, dari posisi di dalam masyarakat, dan dari keinginan untuk menempatkan diri di tangga kekuasaan. Salah satu cara sescorang membedakan diri dari kelas sosial di luar dirinya adalah melalui tiga struktur konsumsi, yaitu makanan, budaya dan penampilan. Selera merupakan salah satu bentuk struktur konsumsi budaya.
Bourdieu menyimpulkan dalam kaitan dari sosiologi budaya dalam kaitan dari konsumsi masyarakat pada konser musik, bahwa struktur selera digunakan untuk mempertegas batas-batas sosial dan memperkuat perbedaan sosial. Dalam hal ini musik yang digelar dalam konser memiliki akses yang perlu diraih dengan tiket dengan harga yang cukup mahal. Selain itu juga, untuk mendapatkan posisi terbaik maka memerlukan harga yang lebih mahal. Konsep menonton konser musik menampilkan kesenian dari bagian budaya memiliki sisi lain bagi sebagain orang terutama mereka pada bagian kelas kapitalis yang mampu mengaksesnya sebagai gambaran selera dari kelas kapitalis dalam sosial dimasyarakat. Dalam kapitalis budaya konser musik menjadi jalan representasi khas kelompok sebagai bentuk penguasaan kemampuan mereka serta selera mereka untuk menunjukan tempat dirinya berada pada tangga kekuasaan dimana dalam masyarakat.
Daftar Pustaka :