Mohon tunggu...
Dian Abdul Rohman
Dian Abdul Rohman Mohon Tunggu... -

dian.abdulrohman18.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Untukmu Sang Calon Pemimpin Daerah

10 Desember 2015   01:54 Diperbarui: 10 Desember 2015   02:19 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemilihan Kepala Daerah telah berlangsung serentak di seluruh wilayah di Indonesia. Kampanye dari masing - masing calon pun sudah mereka lakukan. Dari orasi, penempelan poster, dan beberapa kampanye pada umumnya guna memikat hati masyarakat. 

"Apakah masyarakat mendengar?"

Mungkin hanya sebagian masyarakat yang bisa memilih dan memilah seperti apa sosok yang pantas memimpin mereka. Karena kebanyakan masyarakat tidak mengerti akan hal itu, khususnya masyarakat di pedesaan yang minim akan pendidikan. Dengan keterbatasan itu, tidak jarang bagi para pelaku yang licik untuk memanfaatkan hal itu. 

Tidak bisa di pungkiri, praktek bagi - bagi uang dari sang calon pemimpin pun begitu marak di kalangan masyarakat. "Siapa yang tidak senang, ada orang yang begitu rela membagi - bagikan uang secara "Cuma - Cuma"? Ya, bagi rakyat memang "Cuma - Cuma." 

"Tapi, apakah benar itu adalah cuma - cuma?" 

Kalau masyarakat itu berpikir lebih jauh dan mempunyai pandangan yang luas, mungkin mereka akan menolak. Hal seperti ini seperti suatu garis lingkaran yang tidak berujung. Terus berputar dan saling berkaitan. 

"Kenapa di katakan demikian?" Kita lihat permasalahnnya dulu. Pada umumnya dan bahkan kebanyakan dari masyarakat pedesaan mereka hidup pas - pasan. Latar belakang pendidikannya pun bisa di katakan kurang. Jangankan untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, untuk mereka makan pun mereka sudah bersyukur. Meskipun sekarang ada bantuan sekolah gratis, tapi tidak banyak membantu mereka pada umumnya. 

Kemudian datanglah sang calon pemimpin dengan membawa segudang janji dan beberapa amplop berisikan selembar uang. Mereka membagikan uangnya kepada masyarakat dengan catatan, masyarakat harus memilih sang calon. 

Di karenakan tadi, kondisi masyarakat seperti itu. Mereka tidak menolak apa yang telah mereka terima. Mereka begitu polos, mereka menuruti apa yang sang calon pemimpin katakan, dengan memilihnya. Mungkin sebagai rasa terima kasih, mereka memilihnya. 

"Toh, hanya mencontreng saja dapet amplop."Mungkin seperti itu yang mereka pikirkan. 

Perlunya pemahaman dan sosialisasi kepeda masyarakat khususnya di pedesaan mungkin bisa mengurangi kasus seperti itu dan bisa memutus lingkaran tersebut. Pendidikan gratis sampai perguruan tinggi. Yang di harapkan akan membawa masyarakat pedesaan ke arah yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun