langit terlihat mendung.
penuh kelabu yang kian murung.
dara merenung sebab tanya yang tiada temu ujung.
nurani meronta akan sepi.
menghiasi hujan yang tiada henti.
mengaduh pada setiap rasa yang memaksa untuk dituntaskan sesekali.
pena menjadi penanda.
catatan kuning menjadi saksi mata.
akan dituangkannya lara pada masa ke masa.
katanya, segala sesutu akan terjadi bilamana tepat sudah waktunya.
katanya, hanya perlu percaya jikalau ingin harap-harap itu jadi nyata.
katanya juga, mantra-mantra yang di kumandangkan kala pukul dua itu akan melayang sebagaimana seekor kukila pagi buta.
kataanya, katanya, dan katanya.
begitu terlena menakar dunia yang bukan ranah kita sebagai manusia.
naif.
sungguhh naif.
tangis tawa,
bengis lara.
afeksimu buat aku gila.
dalam hangat rupa yang menjelma detik pukul dua.
tidurlah,nona.
hikayat-hikayat lama itu akan menjelma fana sahaja.
Sampang, 18 Agustus 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H