Mohon tunggu...
Diana Arnita
Diana Arnita Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Akuntansi

Syukuri Jalani Nikmati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Nyatanya Masih Ada Kebaikan

16 Desember 2020   22:23 Diperbarui: 16 Desember 2020   22:42 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selama perjalanan tuh dia selalu ngajak ngobrol berusaha bikin aku bahagia dengan cara apapun entah itu dengan sekedar menengok ke arahku atau memanggil namaku atau mempertanyakan sesuatu aku mau apa, aku pengen makan apa, aku mau beli apa.

Lalu kita melewati sebuah pertokoan, aku nggak tahu sih itu daerah mana, terus dia bertanya mau nggak tak beliin boneka, terus aku jawab buat apa boneka, sayang duitnya, aku nggak mau mas.

Di sepanjang jalan dia banyak sekali mengatakan bahwa dia sangat ingin bersama denganku lebih lama lagi, dia ingin menghabiskan hari-hari dia bersama aku, dia ingin ada didekatku, dia ingin selalu bisa duduk bareng sama aku, berpergian sama-sama, bercanda tawa, bersenda gurau atau semacamnya lah yang penting dilakukan bersama. Di situ aku merasa bahwa aku sangat spesial buat dia.

Sesampainya di rumah, aku mendapat teguran dari ibuku karena aku pulang terlalu sore dan aku terlalu merepotkan dia, sedangkan dia sedang di posisi yang sibuk. Dari situ aku merasa bersalah karena dia sudah banyak melakukan beberapa hal untuk aku sedangkan aku hanya bisa merepotkan dia, hanya bisa mengganggu waktu dia saja. Aku galau.

Jadi, begini ya rasanya diperlakukan dengan sangat spesial oleh seseorang yang kita sayang. Mungkin ini alasan kenapa almarhum kakak ku meninggalkan aku begitu cepat.

Mungkin pada saat itu almarhum sudah mempunyai firasat bahwa suatu hari nanti aku akan dijaga oleh seorang lelaki yang mampu benar-benar menjaga ku dengan baik, menjaga jiwa dan ragaku, menjaga cinta dan kasih sayang, menjaga pikiran dan perasaan ku, yaitu dia orangnya.

Dan sekarang aku baru mengerti bahwa memang dia lah lelaki yang memang harus aku pertahankan aku yakin semua kesalahan-kesalahan dia yang lalu hanya bagian dari pelampiasan kekecewaan dia terhadap hidup yang tidak sesuai dengan ekspektasi dia.

Dan aku coba untuk memahami bahwa cintanya, kasih sayangnya, setiap pengorbanannya dan perjuangannya memang hanya untuk aku, hanya untuk kebahagiaan aku, untuk membuktikan bahwa aku tidak sendiri. Mungkin sebelumnya mereka sudah kompromi bahwa, salah satu dari mereka harus pergi dan salah satunya harus menjaga aku dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun