Masa paling mengkwatirkan sebagai orang tua adalah ketika membesarkan anak-anak perempuannya yang memasuki masa remaja, lega rasanya hati ketika melihat anak-anak perempuannya lulus diwisuda dari SMA. begitu kata orang tua ku dan hal itu bukan tanpa alasan, katanya mereka tak mau anak perempuannya gagal dalam dunia pendidikan hanya karena satu hal yang tak asing lagi.
Ada beberapa alasan mengapa seorang pelajar dikatakan gagal atau harus berhenti dalam proses belajarnya di sekolah, itu pun menurut pandangan beberapa masyarakat. salah satu alasan yang tak asing lagi adalah fenomena "Hamil diluar nikah" saat masih berstatus sebagai seorang pelajar. karena memiliki beberapa teman yang mengalami hal tersebut, rasanya sedih melihat teman sendiri harus berhenti sekolah. ketika ditanya "setelah melahirkan kamu mau lanjut sekolah lagi gak ?"Â
Temanku menjawab tidak, katanya buat apa lanjut sekolah lagi, yang ada malah malu jadi bahan omongan orang-orang disekolah sekalipun pindah ke sekolah yang baru. memang kebanyakan mereka yang menyandang status sebagai teen parent memilih untuk tak melanjutkan pendidikannya lagi disekolah formal atau non formal seperti paket c. Bagi ku hal itu wajar, karena selama ini sekolah tak secara terang-terangan mau menerima peserta didik yang berstatus sebagai teen parent.Â
Namun disisi lain aku pernah menyaksikan bagaimana asik nya seorang siswa laki-laki yang sudah menyandang status sebagai teen parent tapi masih bisa menikmati dunia pendidikan di sekolah, ya itu lah perbedaan pelajar laki-laki dan perempuan ketika mengalami kejadiaan seperti ini. si siswa laki-laki ini tak terlalu banyak mendapat cibiran walau orang disekitarnya pun tau kalu dia sudah menjadi teen parent, karena secara kondisi fisik tak ada yang berubah darinya.
Sepertinya pandangan kebanyakan masyarakat terhadap kejadian ini masih dianggap sebagai sesuatu yang hina, ya boleh lah jika memandang dari perbuatan sex bebasnya tapi memiliki anak di usia remaja tak bisa dipandang sebelah mata saja. mana bisa hal ini dianggap hina ketika seseorang sedang memperjuangkan keselamatan bagi makhluk ciptaan Tuhan dalam kandungannya, bahkan para remaja ini rela meninggalkan dunia pendidikannya demi proses yang sangat mengkhawatirkan untuk menjadi seorang ibu di usia yang masih muda.Â
Mereka bukan tak ingin menikmati pendidikan yang seharusnya masih mereka rasakan, tapi mereka sadar dengan kesalahan yang diperbuat. kalaupun ingin menutupi aib dari kesalahan yang pertama itu artinya mereka akan membuat kesalahan yang kedua, yaitu dengan cara aborsi janin yang ada dikandungannya. karena memang itu kan jalan pintas paling praktis dan tak terlihat ? dengan cara ini mereka tak perlu repot-repot berhenti sekolah dan yang pastinya masyarakat tak akan tau bahwa ada prilaku hina yang sedang ditutupi oleh seorang pembunuh.
Dari cara pandang seperti itu lah yang membuat para teen parent ini enggan melanjutkan pendidikannya, padahal jika mereka mendapatkan dukungan yang postif dari masyarakat dan pemerintah maka tak menutup kemungkinan semangat para teen parent ini akan kembali timbul untuk mengeyam dunia pendidikan lagi.Â
Dan pemerintah pun tak boleh lupa bahwa mereka masih bagian dari generasi penerus bangsa yang perlu diperjuangkan hak pendidikannya, para teen parent hanya perlu diberikan pengarahan dan perhatian yang lebih. mereka masih sama kok seperti teman-temannya sebagai seorang remaja, bedanya status mereka sudah menjadi orang tua. bayangkan bila kebiasaan berhenti sekolah karena kejadian ini terus diabaikan, waduh bisa-bisa menimbulkan perspektif bahwa teen parent tak boleh melanjutkan pendidikannya.Â
Disaat ramai para aktivis pendukung kaum yang bersimbolkan pelangi dengan tujuan menuntut persamaan hak agar diperlakukan sama seperti yang lainnya, menurut ku tak ada salahnya beberapa masyarakat ikut serta membentuk suatu kelompok yang mendukung para teen parent untuk memperjuangkan kesempatannya dalam pendidikan baik secara formal atau non formal.Â
Dengan adanya tulisan ini pun bukan bermaksud untuk memberikan peluang kepada para remaja supaya tak khawatir ketika meniru prilaku sex bebas tersebut, melainkan untuk mengembalikan fungsi pendidikan itu sendiri agar bisa dirasakan oleh semua generasi penerus bangsa. Sebagai bangsa yang memegang teguh terhadap ke lima sila yang ada dalam pancasila, semoga saja "Ketuhanan Yang Maha Esa" yang masih ada dalam dasar negara juga tetap ada dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai bangsa yang beragama. Amin
Â