Kasus bullying memang sudah tak asing lagi di lingkungan sekolah, entah itu SD, SMP, atau SMA, sepertinya fenomena bullying selalu ada. Mungkin bedanya adalah beberapa kasus tersebut ada yang diketahui dan tak diketahui pihak sekolah. Di antara kasus tersebut memang ada macamnya, misalnya si korban akan mendapat perlakuan kekerasan secara fisik, bisa juga hanya uang jajan atau barang kepunyaan si korban diambil paksa, ada juga yang berupa cemoohan kata-kata kasar kepada korban.
Tak heranlah jika kita mendengar kasus bullying, entah itu di TV atau sekedar obrolan, pasti perhatian kita langsung tertuju kepada si korban karena biasanya bullying akan mengganggu mental korbannya dalam proses hidup ke depan. Namun, menurut saya, risiko yang paling berbahaya untuk masa depan letaknya ada pada si pelaku. Mengapa bisa begitu? Mungkin ini beberapa alasannya.
1. Biasanya anak yang menjadi korban bullying akan mendapatkan motivasi dan perhatian lebih dari orang tua mereka. Walau secara langsung si anak tak cerita bahwa ia di-bully oleh beberapa kawannya di sekolah, orang tua selalu tau tingkah anaknya di rumah sehingga mereka akan curiga bila melihat sang anak selalu gelisah dan terlihat murung. Nah, sementara si pelaku bullying masih menikmati hidupnya yang seolah baik-baik saja serta tak memiliki masalah di sekolah. Dia akan terus merasa dirinya hebat dan ditakuti oleh kawannya sehingga orang tua si pelaku pun akan memberikan perhatian layaknya anak-anak yang tak punya masalah dalam proses belajarnya disekolah.Â
2. Karena merasa dirinya jagoan, jadi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia hanya bisa tertawa meledek kawannya yang berbeda. Ya, biasanya yang berbedalah yang selalu dipojokkan, baik dari bentuk fisiknya atau mentalnya yang lebih pendiam dan penakut, jadilah sasaran empuk bagi para pelaku bullying. Sementara si korban biasanya akan mencoba bertahan sambil memeperbaiki kekurangan yang dimiliki dalam diamnya.
3. Si pelaku bullying biasanya berasal dari anak-anak yang bermasalah dalam proses belajarnya sehingga mereka kurang fokus ke masa depannya. Apa yang dia lakukan sekarang ya untuk sekarang, yang penting sekarang dia happy-happy aja. Di sisi lain, si korban biasanya selalu sadar akan kewajibannya di sekolah, yaitu belajar dan patuhi beberapa aturan di sekolah tanpa cari masalah.
4. Setelah mendapatkan motivasi dan perhatian yang lebih, tidak menutup kemungkinan bagi si korban untuk merencanakan sesuatu ke depannya setelah lulus dari SD, SMP, atau SMA. Biasanya si korban akan bersikap lebih berani dan terbuka sehingga dia siap untuk beradaptasi lagi dengan lingkungannya yang baru serta kawan-kawannya yang baru. Namun, untuk si pelaku bullying, hal tersebut bisa berlaku sebaliknya. Ketika dia lulus. karena yang didapati adalah lingkungan yang baru dan beberapa kawan-kawan yang baru, si pelaku bisa saja terlihat biasa-biasa saja di sekolah barunya karena tak ada yang peduli bahwa dia ditakuti oleh kawan-kawannya di sekolah sebelumnya.Â
5. Sejatinya tak ada manusia yang sempurna, baik dalam perilakunya yang terlihat atau perasaannya di dalam hati. Aku pun mengakui bahwa motivasi terhebat untuk sukses bukanlah dari motivator hebat, melainkan dari hinaan dan perilaku yang seenak jidat dari orang lain. Maka tidak menutup kemungkinan bagi si korban bully ini untuk menyimpan rasa dendam berkepanjangan kepada si pelaku. Si korban akan terus berusaha untuk meningkatkan taraf hidupnya lebih dari si pelaku bullying ini hingga suatu saat entah dalam pertemuan tak sengaja atau disengaja dalam reuni, bisa memberikan peluang hebat bagi si korban untuk berbalik menyinggung keadaan seseorang yang pernah mem-bully-nya di sekolah. Walau si korban tak ada maksud menyombongkan dirinya yang sekarang, keadaan yang berubah sudah pasti bisa membuat si pelaku menjadi merasa malu.
Itulah beberapa ulasan tentang bullying yang sampai saat ini masih menghiasi dunia pendidikan dan alasan tersebut juga merupakan hasil dari pertimbanganku dengan melihat beberapa film, tayangan adzan maghrib di TV, sedikit pengalaman masa lalu, dan orang terkenal yang bisa sukses walau dulunya mereka hanya dianggap bubuk rengginang oleh kawan-kawannya. Aku ambil contoh penyanyi terkenal asal Amerika, yaitu Taylor swift yang memiliki masa lalu menyedihkan karena di-bully kawan-kawannya. Hal itu ia ceritakan dalam lagunya yang berjudul "Mean" (keren loh lagunya hehee).
Memang semuanya kembali kepada diri masing-masing karena tak sepenuhnya ulasanku pun benar. Namun, tak ada salahnya juga di saat ramai tentang dukungan terhadap beberapa korban bullying, pelaku bullying pun perlu diberi bimbingan bahwa tak selamanya hinaan yang mereka anggap asik itu tak mengubah apapun. Semoga saja kasus bullying dapat berkurang dan tak melunturkan nilai budi pekerti yang memang melekat pada bangsa Indonesia ini.
Angkot BSD Serpong, 19 September
Diana