Tadi malam, ada yang tak sempat menunggu maha karya di atas hamparan langit. Kala sinar bulan masih setia pada bintang-bintang. Dan pekatnya malam masih ditaburi oleh harapan setiap umat. Sambil berharap Sang kuasa mengirim bintang jatuh. Bukti pertanda baik untuk sebuah harapan.
Dialah yang terlelap di dalam bus. Yang tak sempat meminta bintang jatuh. Atau telah meminta bintang jatuh, namun tak mampu menunggu tuk memandangnya, karena terlelap di dalam bus.
Dia yang terlelap di dalam bus. Pagi ini tetap terlelap meski panas dan bisingnya suasana bus. Mana tega musisi jalanan meminta barang seperak dua perak. Bukan tak ada yang dapat diminta. Bermodalkan pengertian, musisi jalanan paham kalau ada yang belum tuntas tadi malam. Pada dia yang terlelap di dalam bus.
Dia yang terlelap di dalam bus, sekarang waktunya bangun. Meski tak tuntas lelap di dalam bus, cepat turun dari bus, dan selesaikan tugas yang dianggap tuntutan hidup. Banyak benang kusut yang perlu diluruskan. Sebelum berubah menjadi genderang dalam pikiran.
Dia yang terlelap lelah di dalam bus, menyambung lelapnya kembali di waktu petang menuju arah pulang. Dan tak sempat menunggu bintang jatuh, lagi.
Tangerang, 18 April 2018
Diana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H