Mohon tunggu...
Diana Lieur
Diana Lieur Mohon Tunggu... Administrasi - Cuma orang biasa

No matter what we breed; "We still are made of greed"

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Lupa Bahasa Nasional, Karena Salah Mengartikan Bahasa Internasional

13 Oktober 2016   14:08 Diperbarui: 13 Oktober 2016   14:17 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Klikpintar.com

Di era globalisasi nampaknya semakin menuntut kita untuk menguasai bahasa inggris sebagai bahasa internasional untuk berkomunikasi juga pemahaman dalam teknologi. Semua bisa terlihat pada persyaratan melamar pekerjaan atau sidang skripsi dimana kita harus lancar berbahasa inggris atau memiliki skor TOEFL sesuai ketentuan. Jadi tak aneh bila saat ini banyak sekali tempat-tempat les bahasa inggris dimulai dari tempat les yang modelnya seperti sekolahan sampai tempat les rumahan, selain itu para pengajarnya pun mulai bermacam-macam seperti guru lokal atau belajar langsung dengan bule asli.

Para orang tua pun mulai beramai-ramai mendaftarkan anak-anaknya untuk les bahasa inggris, bangga memang bila melihat si anak jago bahasa inggris apalagi kalau sudah pernah mengobrol dengan bule di bali atau di candi borobudur saat study tour sekolah, wow.

Namun semakin gencar tuntutan untuk kita bisa berbahasa inggris nampaknya semakin banyak juga masyarakat indonesia yang salah kaprah mengartikan bahasa internasional ini. Mereka lupa tujuan bahasa internasional ini sehingga tak jarang kita menyaksikan kekeliruan dalam penggunaanya. Misalnya berbicara sambil mecampur adukan bahasa indonesia dan inggris dalam satu kalimat. kebiasaan mencampur adukan bahasa ini mungkin bermacam-macam tujuannya, misalnya untuk sekedar gaya-gayaan agar terlihat keren mencampur adukan bahasa dalam satu kalimat atau untuk memperlancar kemampuannya dalam berbicara bahasa inggris. 

Pernah disalah satu acara stasiun TV swasta menampilkan narasumber dari suatu organisasi dimana si narasumber ini memang secara fisik sudah ditebak bahwa dia asli orang indonesia dan lancar dalam berbicara menggunakan bahasa ibu, namun ketika menjawab pertanyaan yang diberikan oleh host diacara tersebut si narasumber berbicara mencampur adukan bahasa inggris dengan bahasa indonesia, aku yang menyaksikannya pun jadi pusing mengartikan gaya bicaranya padahal tema dari acara ini sangat menarik untuk disimak. 

Kalau kita lihat lagi dari tujuan bahasa internasional maka fenomena tersebut termasuk dalam suatu kekeliruan mengartikannya, kenapa ? karena si narasumber salah menempatkan diri dalam berbicara campur aduk seperti itu, toh acara tersebut merupakan acara yang hanya disiarkan di indonesia saja jadi penontonnya juga kebanyakan orang indonesia dan tidak semua orang indonesia bisa berbahasa inggris, kan sia-sia juga bila penyampaian yang diberikan oleh si narasumber tak dimengerti oleh beberapa pemirsa. 

Selain itu ada juga fenomena mengajarkan si anak di usia dini untuk menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa sehari-harinya, boleh lah kalau memang salah satu orang tuanya warga negara asing, tapi bagaimana jika si anak lahir batin benar-benar asli indonesia ? waduh kan gaswat nih, tinggal di Indonesia dan keturunan asli indonesia eh tapi ngomongnya bahasa inggris. 

Anak - anak kecil indonesia yang bicara bahasa inggris seperti ini bisa kita jumpai di mall atau tempat wisata, bahkan untuk babysitter nya pun harus bisa bicara bahasa inggris lho, padahal yang diasuhkan benar - benar asli anak indonesia tanpa rekayasa hemm pasti gajinya besar nih.

Mungkin tujuan si orang tua dalam mengajarkan anaknya bahasa inggris di usia dini adalah agar tak repot lagi ketika besar nanti untuk mempelajarinya, terlebih si anak akan disekolahkan di sekolah bertaraf internasional. Tapi bukan berarti mengutamakan bahasa internasional dan mengesampingkan bahasa nasional, dan lebih parahnya lagi kalau si anak tak lancar berbahasa nasional padahal tinggal nya di indonesia. Waah ini namanya bertentangan dengan isi sumpah pemuda yang dimana bertepatan juga dengan diresmikannya bahasa indonesia sebagai bahasa nasional pada tanggal 28 Oktober 1928. Walau kadar nasionalis seseorang memang tak bisa dinilai dari bahasa apa yang digunakan.

Bersyukurlah kita sebagai warga negara indonesia yang tinggal di daerah maju dalam kondisi pembangunan ataupun pendidikan, karena seperti yang kita ketahui bahwa ada beberapa masyarakat indonesia yang tak bisa berbahasa indonesia hanya karena mereka tinggal di daerah terpencil dimana masih sangat mengandalkan bahasa daerah dalam berkomuikasi. 

Tulisan ini juga bukan melarang untuk berbicara bahasa inggris di indonesia, tapi mencoba untuk mengembalikan perannya agar tak salah diartikan, berbicara bahasa inggris boleh boleh saja apalagi tujuannya untuk belajar memperlancar pengucapannya, asal sesuai pada tempat, keadaan serta kepada siapa kita sedang berbicara. Kemudian jangan jadikan bahasa asing sebagai ajang bergengsi, apalagi karena warga negara indonesia yang tinggal di luar negri lalu menjadikan hal ini sebagai alasan lagu lama kaset kusut untuk tak lancar berbahasa indonesia duuuh miris.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun