Mohon tunggu...
Diana Wahyuni
Diana Wahyuni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tingginya Tingkat Buta Huruf di Indonesia

27 April 2017   18:37 Diperbarui: 28 April 2017   03:00 8676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia terlahir dengan dibekali kemampuan yang luar biasa. Meskipun kemampuan itu masih terpendam dan harus diasah, ada salah satu yang seharusnya dijadikan kebutuhan untuk bisa menjalani hidup dengan cerah. Salah satunya adalah kemampuan membaca. Setiap masyarakat seharusnya melek huruf karena kemampuan membaca ini adalah hal dasar yang akan membawa seseorang itu untuk hidup yang lebih cerah. Akan tetapi pada kenyataannya masih saja ada banyak daerah di Indonesia yang tingkat melek hurufnya masih saja rendah. Jika dilihat jauh kebelakang, Indonesia sendiri adalah negara yang sudah merdeka sejak 1945. Dengan kemerdekaan tersebut, berjalan bersamanya visi dan misi negara sebagai sebuah cita-cita yang jelas tertulis dalam pembukaan Undang-Undang 1945.

Salah satunya termuat pada pembukaan alinea ke-4, yaitu ”Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu undang undang dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Sudah jelas tertera dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 itu, salah satunya adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari ditu, seharusnya memang Indonesia adalah negara yang mengedepankan tentang pendidikan. Dimulai dari hilangnya buta huruflah maka cita-cita negara ini akan tercapai dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat akan berjalan beriringan.

Akan tetapi, hal yang berbeda dan terbalik justru terjadi di Indonesia ini. Faktanya adalah di Indonesia tingkat buta hurufnya sangat tinggi. Terutama di daerah Indonesia bagian Timur. Meskipun ada faktor-faktor yang menyebabkan buta aksara disana sangat tinggi. Di Indonesia bagian timur sendiri daerah dengan tingkat buta aksara yang tinnggi dan sulit untuk di tuntaskan adalah daerah Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Barat. Di daerah itu memang ada beberapa faktor yang jelas terlihat menjadi penyebab dari tingginya buta aksara yang terjadi. faktor yang paling utama adalah faktor minimnya sarana infrastruktur dan lemahnya sumber daya manusianya.

Hal yang sedikit mencengangkan juga terjadi dan menjadi persoalan tentang pengentasan buta aksara di Indonesia. Hal tersebut adalah tingkat buta huruf yang termasuk tinggi berada di daerah dengan akses, sarana infrastruktur, dan sumber manusianya itu termasuk bagus. Salah satu daerah dengan tingkat buta huruf yang termasuk tinggi adalah di Provinsi Jawa Timur. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa daerah Jawa Timur ini bukanlah daerah yang tertinggal ataupun terpelosok.

Akan tetapi ada beberapa faktor yang menyebabkan buta huruf ini. Meski demikian, pemerintah sudah melakukan banyak cara untuk mengurangi dan mencegah agar tingkat buta huruf ini menurun. Kembali kepada pengertian buta huruf itu sendiri adalah ketidakmampuan dari sesorang untuk membaca dan menulis kemudian hal itu akan mempengaruhi kurang mampunya seseorang untuk bisa berkomunikasi dengan baik. Hal ini seharusnya menjadi permasalahan serius yang harus segera diperangi dan dibasmi tuntas oleh pemerintah Indonesia sebagai bentuk pelaksanaan pencapaian cita-cita bangsa ini sendiri. Jika masalah buta aksara ini tidak segera dituntaskan maka akan mempengaruhi kemempuan dan kesempatan masyarakat yang buta aksara untuk menjalani hidup dan mencapai kesejahteraan di dalam perkembangan zaman yang semakin keras ini.

Sebagai contoh daerah di Indonesia yang termasuk tinggi di Indonesia ada di daerah Provinsi Jawa Timur. Daerah ini termasuk menarik untuk di perhatikan lebih dalam lagi karena daerah Provinsi Jawa Timur ini bukanlah daerah yang tertinggal. Bahkan untuk sarana infrastrukturnya sendiri akan sangat mudah aksesnya. Serta sumber daya manusianya juga bagus dengan jumlah yang banyak. Akan tetapi pasti ada beberapa faktor yang menjadikan tingkat buta huruf di Jawa Timur. Salah satunya adalah faktor ekonomi. Masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah pasti punya pemikiran bahwa tidak mungkin untuk bisa memasuki dunia pendidikan. Terutama di daerah kabupaten Jember, dimana faktor yang menyebabkan upaya penanggulangan buta hurufnya tidak berjalan adalah ternyata faktor dari dinas pendidikan dan kebudayaan Jember. Di kabupaten Jember penduduk yang buta huruf khusus diberi pelatihan dan kelas yang memiliki tutor dan pelayanan yang khusus pula. Akan tetapi dana yang seharusnya digunakan untuk memenuhi pembayaran tutor dan pemenuhan perlengkapan malah diselewengkan.

Menurut investigasi dari Gerakan Peduli Perempuan (GPP), penyelewengan yang dilakukan oleh dinas pendidikan dan kebudayaan melakukan penyelewengan honor tutor yaitu dari Rp.600.000 menjadi sekitar Rp.300.000 selain itu juga penyelewengan pada dana fasilitas untuk kelas buta huruf. Sehingga upaya yang dilakukan pemerintah untuk menanggulangi dan mengurangi buta huruf di kabupaten jember pun terhambat dan tingkat buta huruf akan sulit untuk mengalami penurunan. Padahal pada akhir 2010 dinyatakan bahwa 204.069 warga jember yang buta aksara pada usia 15 tahun keatas atau sekitar 10,74% dari angka buta huruf nasional. Selain itu juga penyebabnya adalah kurang meratanya persebaran pendidikan dan juga fasilitas pendidikan yang kurang. Kemudian itu juga membuat minat masyarakat akan pendidikan itu menurun. Kemudian disusul oleh faktor ekonomi yang menyebabkan masyarakatnya menganggap pendidikan hanya akan membuang biaya dan waktu yang seharusnya mereka bisa bekerja untuk hidup sehari-hari.

Dewasa ini kebutuhan primer bukan hanya kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Akan tetapi sekarang ini kebutuhan primer juga berupa kebutuhan akan pendidikan. Setiap keluarga pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh dewasa dengan berbekal pengetahuan dan pendidikan yang tinggi agar dapat hidup dengan baik. Anak-anak pastinya disekolahkan mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai pendidikan di perguruan tinggi sampai bisa mencari pekerjaan. Akan tetapi hal yang sangat disayangkan adalah tidak semua keluarga bisa merasakan mendapatkan pendidikan tersebut. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dan mendasari kejadian tersebut bisa terjadi. Salah satunya adalah faktor ekonomi dimana ada seseorang tidak bisa melanjutkan jenjang pendidikan dikarenakan keadaan ekonomi yang rendah dan mereka harus bekerja diusia mereka yang masih dini karena untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini memang terihat biasa di masyarakat, akan tetapi kejadian seperti ini justru dapat menyebabkan tingkat rendahnya pendidikan di suatu daerah menjadi meningkat drastis.

Salah satu indikator untuk melihat seberapa besar dan tingginya tingkat pendidikan di suatu daerah adalah dengan melihat seberapa besar dan tingginya tingkat buta huruf di daerah tersebut. Hal tersebut dilakukan karena pendidikan itu sangat erat kaitannya dengan buta huruf atau melek huruf. Dimana seperti yang diketahui  bahwa buta huruf itu adalah ketidak mampuan sesorang untuk membaca dan menulis yang sangat penting untuk modal berkomunikasi apalagi di zaman yang berjalan kea rah yang lebih modern ini.

Akan tetapi kemajuan atau kemunduran suatu daerah tidak menentukan dan menjadi patokan apakah masyarakatnya nanti masyarakatnya menjadi sebagian besar buta huruf atau tmelek huruf. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi beberapa diantaranya adalah faktor tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, subsidi pemerintah, da nada atau tidaknya fasilitas layak yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Selain itu juga ada faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu adalah faktor penyebab yang berasal dari dalam contohnya adalah keluarga. Kemudian faktor eksternal tentunya adalah faktor penyebab dari luar contohnya adalah lingkungan sekitar dan teknologi. Semakin baik penanganan fasilitas pendidikan, maka akan semakin menanggulangi, mencegah, dan menurunkan tingkat angka buta huruf di suatu daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun