Mohon tunggu...
Diana RahmahRadliyah
Diana RahmahRadliyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jurusan Perbankan Syariah

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang Jurusan Perbankan Syariah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKM 221 Grahita | Pendidikan Interkultural sebagai Strategi Membangun Moderasi Beragama di SMPN 2 Wagir

23 Januari 2024   17:49 Diperbarui: 23 Januari 2024   19:17 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya, etnis, dan agama. Keberagaman ini seharusnya menjadi kekayaan dan kekuatan bangsa, namun juga berpotensi menimbulkan konflik dan perpecahan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk membangun sikap toleran, menghargai, dan menghormati perbedaan di tengah masyarakat.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan interkultural. Pendidikan interkultural adalah proses menjadi lebih sadar dan lebih memahami budaya sendiri dan budaya lain di seluruh dunia. Tujuan pendidikan interkultural adalah untuk meningkatkan toleransi dan pemahaman internasional dan lintas budaya.

Pendidikan interkultural dapat diintegrasikan ke dalam berbagai aspek kegiatan sekolah, salah satunya adalah melalui seminar yang diadakan oleh SMPN 2 Wagir pada hari Sabtu, 20 Januari 2024. Seminar ini. mengambil tema "Pentingnya Pendidikan Interkultural dalam Membangun Moderasi Beragama". Seminar ini diikuti oleh siswa-siswi OSIS pilihan yang berasal dari berbagai latar belakang agama dan budaya.

Seminar ini menghadirkan pembicara yaitu Pak H. Ahmad Sholeh, M. Ag, dosen FITK UIN Malang yang ahli di bidang pendidikan agama dan moderasi beragama. Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan perilaku beragama yang dianut dan dipraktikkan oleh sebagian besar penduduk di Indonesia, dari dulu hingga sekarang. Moderasi beragama adalah meyakini kebenaran agama sendiri secara radikal dan menghargai, serta menghormati penganut agama lain yang menyakini agama mereka, tanpa harus membenarkannya. Dalam seminar ini, Pak Ahmad Sholeh menjelaskan tentang moderasi, nilai-nilai moderasi beragama, faktor keberagaman, serta pentingnya pendidikan interkultural.

Seminar ini mendapat sambutan yang positif dari para peserta, yang antusias mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman. Dengan diadakannya seminar ini, diharapkan para peserta dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka tentang pendidikan interkultural dan moderasi beragama, serta dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, pendidikan interkultural menjadi salah satu strategi yang efektif untuk membangun moderasi beragama di SMPN 2 Wagir. Pendidikan interkultural dapat membantu siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu, empati, dan pemikiran kritis terhadap budaya sendiri dan budaya lain. Pendidikan interkultural juga dapat menumbuhkan sikap toleran, menghargai, dan menghormati perbedaan, serta mencegah terjadinya konflik dan perpecahan akibat perbedaan agama dan budaya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun