Mohon tunggu...
Diana PutriMaulida
Diana PutriMaulida Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Saya merupakan mahasiswa semester akhir jurusan fisika, namun sangat mencintai dunia jurnalistik!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manfaatkan Potensi, Tim KKN Desa Mereng Inisiasi Usaha Kukis Durian

15 Februari 2024   23:58 Diperbarui: 16 Februari 2024   00:02 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama ibu-ibu PKK Desa Mereng paska pelaksanaan sosialisasi pembuatan kukis durian. (Dok. Pribadi)

Tim I Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Diponegoro (Undip)  Desa Mereng Kabupaten Pemalang gelar sosialisasi usaha kukis durian, Senin (29/01/2024) di Balai Desa Mereng. Pasalnya, Desa Mereng terkenal sebagai desa penghasil buah durian. Namun, masyarakat hanya menjualnya dalam wujud buah mentah saja. Inovasi buah durian yang diolah menjadi kukis diharapkan mampu mendongkrak perekonomian desa sekaligus berpotensi menjadi makanan khas Kabupaten Pemalang.

Penanggung jawab Program Kerja (Proker) Aldi Arga Yudha menjelaskan, timnya memberikan materi yang cukup kompleks. Selain tentunya bagaimana prosedur pengolahan durian menjadi kukis, ada pula materi mengenai rancangan bisnis, strategi pemasaran produk, pembukuan keuangan, serta alur untuk mendapatkan izin usaha yang legal dalam kacamata hukum. Keseluruhannya merupakan hasil kolaborasi dari beberapa disiplin ilmu yang dimiliki oleh anggota tim.

"Sasaran program kami adalah ibu-ibu PKK. Karena harapannya ibu-ibu dapat berdaya dengan membuat usaha sendiri, bisa dimulai dengan usaha rumahan seperti membuat kue-kue. Kukis juga termasuk makanan yang banyak digemari dan bisa diterima  berbagai kalangan," terang Yudha.

Lantas, mahasiswa jurusan Teknik Mesin semester 8 itu mengatakan, usaha tersebut dilabeli dengan merek KUKiDO. Ide itu muncul dari kata "Kuki" yang merupakan pelafalan cookies yang mana memiliki arti kue dalam bahasa inggris. Sedangkan, kata "Do" adalah penggalan dari 'durian' yang diambil dari suku kata pertamanya.

"Proker ini semacam ide usaha, jadi benar-benar rintisan baru. Kami memberikan materi pengelolaan keuangan jadi dari perkiraan modal sampai harga jual agar bisa mendapat laba sekian persen itu saran dan usulan kami," imbuhnya.

Selain sosialisasi, sambung Yudha, penyampaian juga dilakukan dengan sistem  demonstrasi. Dua orang anggota yang menjadi perwakilan, mempraktikkan cara pembuatan kukis durian dan mempresentasikan hasil uji cobanya di hadaan ibu-ibu PKK. Lantas, di akhir sesi, resep yang menjadi kunci utama pembuatan kukis dibagikan perorangan.

"Acaranya lancar dan tepat sasaran. Ibu-ibu PKK juga terlihat antusias dengan keseluruhan materinya," tandas Yudha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun