Mohon tunggu...
Diana Agustin
Diana Agustin Mohon Tunggu... Guru - Guru SMAN 13 Depok

Seseorang yang senang bermimpi dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengenang Ibu di Momen Pembagian Raport

3 Januari 2024   10:17 Diperbarui: 3 Januari 2024   10:19 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tak terasa hari demi hari berjalan begitu cepat. Pergantian hari yang rasanya begitu sangat singkat, hingga tak terasa tahu-tahu sudah bagi raport saja. Momen pembagian raport hari ini membawa ingatan saya melesat kembali pada masa lalu yang bertepatan dengan hari ini dan momen saat ini.

Yup, hari ini tanggal 22 Desember adalah hari IBU. Hari di mana para Ibu mendapatkan apresiasi yang luar biasa atas segala pengorbanan, cinta kasih dan pengabdiannya baik terhadap keluarga, masyarakat, Bangsa dan Negara. Tanggal 22 Desember adalah momen di mana segala bentuk perayaan terhadap kaum Ibu di seluruh dunia digaungkan. Baik dalam bentuk ucapan, penghargaan ataupun hadiah. Hari ini semua merayakan dan mengenang kembali tentang Ibu.

Dan tepat tanggal 22 Desember kemarin ......Memori saya menyeruak kembali lebar-lebar.  Bukan hanya Memori tentang Ibu tersayang yang selalu hadir dalam benak saya setiap saat dan setiap waktu. Tapi juga memori tentang momen bagi raport. Tanggal 22 Desember kemarin adalah hari di mana raport dibagikan. Dan sebagai wali kelas saya mulai bersiap-bersiap membagikan hasil pembelajaran siswa yang saya pegang selama satu semester ini.  

Jam menunjukan pukul 07.30, saat saya duduk manis di ruang kelas menunggu kedatangan para orangtua siswa.... Memori pun membawa saya kembali pada momen-momen saat pembagian raport beberapa tahun silam. Saat saya duduk di ruang kelas sambil harap-harap cemas bertanya dalam hati tentang bagaimanakah nilai raport saya semester ini?

Dan lagi-lagi saya merutuki waktu yang berjalan begitu cepat, tak terasa saya sudah sampai pada titik ini. Dulu saya adalah murid yang selalu setia dan harap -harap cemas saat bagi raport. Sekarang saya adalah guru dan sekaligus wali kelas yang bertugas membagikan raport. Meski ini yang bukan pertama kali saya bertugas sebagai wali kelas, tapi entah mengapa momen pembagian raport hari ini yang bertepatan dengan hari Ibu membuat perasaan haru bercampur sentimentil begitu kuat muncul seolah memaksa saya untuk masuk dan tenggelam kembali dalam lintasan waktu yang sudah terlewat puluhan tahun yang lalu.

Dalam keheningan di ruang kelas XI IPS 2, saya menikmati lintasan memori yang berkelana tanpa henti. Mulai dari ketika saya SD, SMP hingga SMA, semua nampak nyata. Saya seperti menyaksikan diri saya dalam wujud puluhan tahun yang lalu duduk di ruang kelas bersama Ibu. Ibu dan selalu Ibu yang mengambilkan raport saya. Walau pernah juga sesekali diambilkan Bapak. Tapi itu sangat jarang sekali. Seingat saya hanya sekali atau dua kali.

Biasanya Ibu saya akan  duduk di baris nomer dua dari depan. Menunggu giliran nama anaknya dipanggil, bersamaan dengan orangtua murid lainnya. Beliau selalu nampak tenang, tidak seperti anaknya ( saya) yang dari tadi pagi gelisah dan tidak sabaran ingin melihat bagaimana nilai raportnya semester ini. Apakah bagus dan masih bertahan ataukah menurun?

Sesekali saya akan melonjak kegirangan ketika nilai raport saya mengalami kenaikan dan sedih seketika ketika melihat nilai raport saya turun. Ekspresi saya begitu terlihat saat itu. Baik saat sedih ataupun gembira.Tapi tidak dengan Ibu. Mau bagaimanapun nilai raport anaknya. Jelek ataukah bagus, tetap tidak mengubah ekspresi dan sorot mata Ibu saya. Ketika beliau senang dan bangga, beliau tidak menunjukkan ekspresi berlebihan layaknya orangtua yang kegirangan melihat anaknya berprestasi. Ibu tidak memeluk atau mencium saya. Beliau hanya tersenyum sambil sesekali merangkul bahu saya.

Ibu juga tidak menunjukkan rasa marah atau kesal di depan umum ketika anak-anaknya  mendapat teguran dari guru ketika prestasi belajar mereka turun. Barulah ketika kami tiba di rumah, beliau menumpahkan semuanya. Beliau akan membahas panjang lebar tentang semua nilai-nilai raport kami anak-anaknya secara detail satu persatu.

Ibuku yang sederhana bisa memaparkan penjelasan yang tadi beliau simak dari wali kelas anak-anaknya satu persatu. Dan malam hari, ketika Bapak pulang bekerja. Sambil menemani Bapak makan, beliau akan menceritakan kembali nilai raport anak-anak yang diambilnya tadi satu persatu di sekolah. Lengkap dengan perkembangan prestasi belajar mereka.

Ibuku yang hebat..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun