Mohon tunggu...
Diana NovitaPermataSari
Diana NovitaPermataSari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pendidik

Menjadi pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan Negeri. Hobi utama membaca, sekarang sedang giat berlatih menulis, dan sangat suka jalan-jalan, kadang kulineran, dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karnaval 3, "Ojo Dibanding-bandingke"

28 Agustus 2023   14:42 Diperbarui: 28 Agustus 2023   14:46 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Arak-arakan karnaval masih mengular di depan saya. Pun kalau pun sudah habis, saya dan keluarga masih bisa menghadiri di tempat lain, di desa lain, bagaimanapun karena ini masih suasana karnaval, karena memang masih bulan Agustus, perayaan karnaval Agustus-an, hari kelahiran Bangsa Indonesia, perayaan karnaval ada di mana-mana.

Yang namanya karnaval, sebenarnya bukan hanya karnaval sih, tapi juga acara-acara lain, biasanya dikompetisikan, artinya dibandingkan-bandungkan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya, antara tema yang satu dengan tema yang lainnya, antara RT yang satu dengan RT yang lainnya, antara grup yang satu dengan grup yang lainnya, untuk diseleksi dan dipilih yang menurut pandangan umum, yang terbaik, lalu diberi hadiah.

Meskipun biasanya hadiah yang diperebutkan juga tidak besar, tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan oleh setiap kelompok untuk mengikuti karnaval tersebut, namun tetap, kompetisi seperti pisau bermata dua, di satu sisi memberikan semangat, di sisi lain memberikan beban, yang tapi menurut saya, bebannya jauh lebih besar dari pada semangatnya.

Kadang saya berpikir, kenapa kompetisi sengaja diadakan? Mengapa tidak dilakukan kerja sama saja daripada kompetisi? Kompetisi menghadirkan sikap saling menjatuhkan, sedangkan kerja sama menghadirkan sikap saling melengkapi. Kompetisi membuat beban, kerja sama membuat kebersamaan. Kompetisi menghasilkan perbandingan, kerja sama menghasilkan keharmonisan.

Tapi itulah kenyataannya, sejak lahir, apalagi budaya kita ini, sudah dibiasakan dengan dikompetisikan, sudah biasa dibanding-bandingkan. 

Tapi, ah, jangan khawatir. Dari arak-arakan yang masih mengular di depan saya itu, yang darinya kita bisa belajar beribu-ribu pelajaran, termasuk pelajaran dibanding-bandingkan, masih ada pelajaran lain yang berharga.

Yaitu belajar dari anak kecil. Karena yaitu, di antara ratusan bahkan ribuan orang yang berjalan di depan saya, selalu ada di antara mereka, satu atau dua orang, satu atau dua kelompok, satu atau dua gerombol, yang terdiri atas anak-anak kecil, yang berusia lima tahun atau kurang, yang wajah mereka sama...sekali tanpa beban, senyumnya ringan, pun kalau tidak tersenyum, ekspresinya ringan, riasannya ringan, gaya polosnya ringan, langkahnya ringan, apapun yang mereka lakukan, semuanya nampak ringan tanpa beban.

Mereka tidak memikirkan hadiah, mereka tidak peduli hadiah, mereka hanya ikut-ikutan, mereka hanya berpartisipasi, dan mereka hanya bersenang-senang.

Ah, alangkah indahnya kalau mereka sampai dewasa nanti, berjalan seperti itu, melaksanakan sesuatu dengan ringan, tidak diajari kompetisi dan tidak tahu artinya dibanding-bandingkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun