Mohon tunggu...
Diana NovitaPermataSari
Diana NovitaPermataSari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pendidik

Menjadi pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan Negeri. Hobi utama membaca, sekarang sedang giat berlatih menulis, dan sangat suka jalan-jalan, kadang kulineran, dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karnaval 2, Pejuang, Penyiksaan, dan Selebgram Oklin Fia

20 Agustus 2023   06:22 Diperbarui: 20 Agustus 2023   06:29 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suara sirine ambulans meraung-raung di udara, cahayanya berputar-putar, berpadu dengan lagu gugur bunga, lalu berpadu lagi dengan suara senapan-senapan yang ditembakkan, lalu berpadu lagi dengan suara meriam yang meledak beberapa kali. 

Sebuah mobil terbuka mengangkut replika kuda yang besar, diatasnya ada seseorang yang berjubah dan berikat kepala, yang menyerupai tokoh pahlawan kita, Pangeran Diponegoro.

Di belakangnya lagi ada sekelompok orang, yang beberapa diantaranya mengenakan seragam tentara Belanda dan berseragam tentara Jepang, dan yang lainnya adalah sekelompok orang yang saya asumsikan mereka sebagai rakyat jelata, yang mungkin terdiri atas sepuluh sampai dua belas orang, yang kulit mereka menghitam terbakar sinar matahari, badan mereka kurus kering hanya tertinggal kulit membalut tulang, pakaian mereka yang tersisa hanya celana pendek yang lusuh yang sudah compang-camping dan warnanya hampir sama dengan tanah, aku mereka diikat dengan rantai, lalu mereka dicambuki, selain dianca dengan senapan.

Ah, benar. Dalam perjuangan memerdekakan bangsa kita itu, bangsa Indonesia tercinta ini, ada dua golongan pejuang yang kita ketahui. Golongan pejuang pertama adalah orang yang ahli memikirkan ratusan strategi, ahli menggerakan massa, ahli melobi, ahli bertak-tik gerilnya, ahli bertak-tik Capit Udang, ahli mengorbankan waktu dan harta kekayaannya yang melimpa-ruah, dan para pejuang tersebut adalah para pejuang yang namanya harum, sangat kita kenal, masuk dalam buku sejarah, namanya diabadikan sebagai nama jalan, yang makamnya dimasukkan ke makam pahlawan, yang sosoknya diabadikan sebagai patung-patung sejarah, yang diletakkan di beberapa titik kota, sebagai pengingat kita, dan para pejuang tersebut adalah seperti Jenderal Soedirman, Bung Tomo, Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Pangeran Diponegoro, dan lain-lain.

Dan golongan pejuang kedua adalah pejuang yang mati mengenaskan, mati karena bekerja rodi, mati karena kelelahan dan kelaparan, mati karena tidak ada pilihan lain, selain menerjang musuh dengan tangan kosong, daripada tanahnya dijajah, daripada harta, anak dan istrinya dijarah, daripada kalah dengan hanya mengalah, dan para pejuang tersebut adalah para pejuang yang namanya tidak dikenal dalam buku sejarah, namanya tidak digunakan sebagai nama jalan, yang jangankan namanya masuk dalam buku sejarah atau digunakan sebagai nama jalan, namanya saja tidak diketahui, yang jangankan berharap di makamkan di makam pahlawan, dimakamkan saja mungkin mereka tidak, dan para pejuang tersebut adalah mungkin kakek buyut kita, kakek buyut tetangga kita, kakek buyut suami kita, kakek buyut ipar kita, atau yang lain.

Hati ini bergetar lagi, ah benar, betapa berat perjuangan para pejuang pendiri bangsa kita ini dulu.

Lalu jika melihat para pejuang pendahulu kita, dan melihat generasi penerus bangsa kita, yang salah satunya adalah mba Oklin Fia..? Kita langsung berpikir, haduh kasihan ya para pejuang bangsa kita dulu.

Benar kata Umi Pipik, bukan berarti saya ini adalah orang benar, orang yang lebih baik dari mba Oklin Fia, orang yang tidak banyak dosa, tapi lihat penampilan mba Oklin Fia yang berjilbab tapi menjilat es krim dengan gaya seperti itu, itu..haduh kamu itu Mba..Mba..!

Apa kepikiran dulu ya, di benak pak Soedirman, Pak Soekarno, dan Pangeran Diponegoro, bahwa kemerdekaan yang dulu diperjuangkan itu, akan melahirkan generasi yang seperti itu? Saya pikir tidak, pasti Pak Dirman juga berharap, nanti generasi selanjutnya, adalah generasi yang unggulan, generasi yang cemerlang, yang ya.. paling tidak mirip-mirip dengan Pak Dirman, atau Pak Tomo, atau Pak Soekarno, atau Pangeran Diponegoro lah ya..?

Tapi jangan khawatir, banyak kok generasi yang mirip-mirip para pejuang kita dulu itu, yang mirip Pak Dirman, atau Pak Tomo, atau Pak Soekarno, atau Pangeran Diponegoro, contohnya pembaca kita yang budiman ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun