Memang benar, semua bacaan yang pernah saya baca pun mengatakan demikian. Bahwa Islam itu agama yang baik, agama yang khusnudzon, Rasulullah ketika disakiti oleh orang lain pun tidak membalasnya, justru mendoakan agar orang tersebut berubah menjadi baik.
Tapi dalam diri saya, jiwa saya masih memberontak. Apa benar, seperti itu? Ini saya saja yang merasa di-bully rasanya tidak enak. Mengalami anxiety disorder. Tidak enak makan, tidur gelisah, sering mimpi buruk, dan tidak tenang.Â
Ini saya yang mengalami, bagaimana kalau anak saya yang perempuan juga mengalami hal ini? Anak saya yang laki-laki? Adik saya yang perempuan? Benarkah tidak ada penyelesaiannya?
Lalu saya menemukan artikel, baru satu, yang artikel ini saya pikir merupakan salah satu artikel yang adil. Artikel ini membedakan antara konflik dan bullying.
"...Tapi ingat, bullying itu berbeda dengan berkonflik. Kalau konflik melibatkan antagonisme antara dua individu atau lebih. Ada dua pihak yang saling "serang", baik fisik maupun mental. Artinya, setiap dua individu atau lebih dapat berkonflik, berselisih, atau berkelahi.
Lain halnya dengan bullying, yang terjadi begitu saja dengan ketidakseimbangan kekuatan. Bentuknya macam-macam, seperti mengejek, merendahkan, meludah, menghina dengan kata-kata kotor dan keji, memukul, menendang, dan perilaku "penyerangan" lainnya."
Nah, di artikel tersebut, jelas dibedakan, arti berkonflik dan bullying. Berkonflik itu terjadi jika kuat sama kuat. Tapi bullying itu terjadi jika yang kuat menindas yang lemah. Sumber: Thobib Al-Asyhar
ASN Kemenag dan Dosen UI Salemba, https://kemenag.go.id/opini/apa-kata-islam-tentang-bullying-o58xvy
Bahkan di situ dicontokan kasus bullying, yaitu:
"Agak-agak ke sini, coba dicermati berapa kali bangsa kita dibully oleh bangsa asing? Berapa lama kita "di-bully" oleh Belanda? Berapa tahun Indonesia "di-bully" oleh Jepang?...".Â
Jadi di situ dicontokan kasus bullying itu ya bangsa kita dijajah oleh penjajah. Masa kita dijajah diam saja?Â