Kamis minggu ke-19.
Jam 9.45. Kenanga yang mengenakan kebaya jumputan kuno warna hijau dan oranye segar, jilbab oranye, dan kain jarik Sidomukti warna coklat, berdiri di depan pintu ruang atasan jurusan teknik yang terbuka. Ia menatap cuaca di luar sejenak, di balik jendela kaca yang ada agak jauh di seberangnya, cerah. Lalu pandangannya ia alihkan ke atasan  yang sedang duduk dengan tenang menyender di kursi busanya, wajahnya nampak serius sedang membaca sesuatu di gawainya. Atasan tersebut adalah atasan yang dulu memutuskan agar ia menjadi guru pengganti kimia sementara.
Sementara di samping atasan tersebut, meskipun Kenanga tidak dengan jelas-jelas meliriknya, ia dapat melihat Triyan yang mengenakan beskap hitam, sedang duduk menopang dagunya, mengamati Kenanga dengan seksama, sambil tersenyum-senyum.
"Permisi Pak," kata Kenanga akhirnya, setelah mengalihkan sedikit fokusnya dari Triyan.
"Ah, Kenanga, saya mau tanya, Kamu ngajari anak-anak untuk bermain TikTok ya?"
"Iya Pak, tapi.."
"Jangan, jangan mengajarkan anak hal-hal yang seperti itu. Mohon dihentikan ya! Oke? Begitu?" kata atasan tersebut, seolah itu saja yang perlu ia sampaikan, sehingga tidak perlu berbasa-basi, juga tidak perlu membuang waktu semua orang.
"Baik Pak." kata kenanga sambil mengangguk, ia lalu melirik kembali ke Triyan, yang masih tersenyum menatapnya.
"Eh, jam berapa ini?" tanya atasan tersebut sambil melihat ke arah jam tangannya, "hampir jam 10.00, mari kita ke ruang kepala sekolah sekalian."
Atasan itu berjalan, diikuti oleh Triyan, lalu diikuti lagi oleh Kenanga.
Di ruang kepala sekolah, kepala sekolah, atasan teknik, dan para guru yang mengajar di jurusan teknik, termasuk Rudi dan Meiga, duduk mengelilingi meja rapat di ruang kepala sekolah tersebut.