Mohon tunggu...
Diana NovitaPermataSari
Diana NovitaPermataSari Mohon Tunggu... Guru - Guru/Pendidik

Menjadi pendidik di salah satu sekolah menengah kejuruan Negeri. Hobi utama membaca, sekarang sedang giat berlatih menulis, dan sangat suka jalan-jalan, kadang kulineran, dan kopi

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Serial Geng Kopi Dalgona #8

10 Juli 2023   12:11 Diperbarui: 10 Juli 2023   12:20 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mba Alia ini, emang strong banget!" kata Nisa sambil tersenyum, menatapku. 

Aku sendiri sudah tidak punya tenaga untuk menanggapi kata-kata Nisa.

"Dasar nasib rakyat jelata. Tidak bisa menolak perintah." kata Liyana. "Beda dengan bos berdua itu, kalau mereka ingin menolak, ya bisa menolak!" kata Liyana lagi.

"Sudah, tidak apa-apa. Ada Alia ini. Semoga nanti ada uang lelah yang lebih adil untuk kalian. Alia kan pejabat baru, ya kan Alia?" tanya Dinda, sambil mengerlingkan matanya ke arahku.

Aku menatap Dinda, tapi diam tidak menanggapi. Aku lalu menunduk. Aku sendiri pejabat, baru, tapi tidak bisa serta-merta menolak ketika diberi tugas berat oleh sekolah. Tugas berat? Ya, karena sudah terbayang kelelahan dan lembur berkepanjangan yang akan dialami olehku dan teman-temanku. Lelah lembur mengatur siswa bekerja. Lelah lembur menjaga semangat siswa, yang kalau sudah akhir-akhir, mereka akan kabur satu-persatu. Lelah lembur membersihkan ruangan dan segala sesuatu setelahnya, karena itu tadi, semakin lama siswa diajak bekerja, semakin sedikit jumlah mereka, sehingga semakin sedikit yang mau diajak bersih-bersih. 

Dan, kok aku merasa, ini sedikit ada salahku ya? Aku jadi merepotkan teman-temanku karena aku jadi pejabat ya? 

Aduh, mana mereka menyinggung uang lelah lagi. Ya kalau pihak sekolah memberi uang lelah? Kalau gratisan seperti biasanya?

Pekerjaanku sendiri sudah menumpuk, seperti yang dikatakan Dinda tadi. Mempersiapkan pesanan, mempersiapkan lomba, dan sekarang mempersiapkan sekaligus mengoordinatori pameran.

Ah, itulah kenapa aku tidak mau jadi pejabat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun