Mohon tunggu...
Diana Meiliani
Diana Meiliani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa

chase your dream

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kesadaran Risiko Sangat Penting terhadap Bencana Gunung Semeru

13 Desember 2021   17:47 Diperbarui: 13 Desember 2021   17:50 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

pada tanggal 04 Desember 2021 dimana banyak warga yang tinggal di daerah gunung semeru ini saat adanya erupsi yang sangat tebal sehingga keadaaan jam 16.00 itu cuaca terang berubah seketika menjadi gelap akibat semburan guguran asap tebal awan panas dan diikuti banjir yang menghancurkan apa yang telah di lewatkan oleh banjir. Banyak perkebunan,pertenakan, pendaki gunung yang menghanguskan rumah warga serta orang yang berada di sekitaran gunung semeru itu. Banyak warga yang sangat membutuhkan bantuan kita yang keadaanya tidak seperti warga disana. Dimana mereka membutuhkan tempat tinggal, makan, minum. Jadi kita sangat penting untuk meningkatkan kesadaran risiko kita terhadap orang lain yang lagi kesusahan.  Risiko catastrophic terdapat dua perbedaan yaitu risiko murni dan risiko spekluatif. risiko murni/Pure Risk adalah bentuk risiko yang jika terjadi akan menimbulkan kerugian dan bila tidak terjadi maka tidak akan menimbulkan kerugian. Contoh Kebakaran, kecelakaan, gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor dan lain-lain. Risiko Spekulatif/Speculative Risk adalah risiko yang apabila terjadi dapat menimbulkan Kerugian (loss), atau tidak menimbulkan kerugian apapun (no loss) atau dapat mendatangkan keuntungan (gain). Contoh Risiko kelebihan produksi, risiko moneter (kurs valuta asing).

Dan gunung semeru ini tidak hanya erupsi sekali saja tetapi bisa berkali-kali karena ini bukan kejadian pertama kalinya gunung ini erupsi, ini udah berapa kalinya gunung itu erupsi. oleh karena itu kita harus meningkatkan kesadaran risiko dengan membantu mereka yang sedang membutuhkan bantuan kita, karena kesadaran itu sangat penting untuk membangun budaya risiko diperlukan suatu keterpaduan langkah antara pihak manajemen/pimpinan dengan unit internal auditor. Langkah-langkah yang dapat diambil, dalam rangka menciptakan budaya  risiko mencakup 5 tahapan. Pertama, komitmen pimpinan menciptakan irama yang sama (tone at the top). Sebelum penerapan budaya risiko diimplementasikan, harus ada komitmen bersama dari para pemimpin (eksekutif). Pemimpinlah yang menjadi pendorong utama memulai budaya risiko. Selanjutnya, manajer-manajer dan pimpinan level menengah berperan penting dalam mengomunikasikan dan mempengaruhi perilaku karyawan/pegawai dalam upaya untuk mengimplementasikan manajemen risiko.

Kedua, berikan edukasi kepada seluruh stakeholders mengenai pentingnya melakukan manajemen risiko. Sampaikan pemahaman kepada mereka, bagaimana potensi kerugian jika tanpa manajemen risiko. Lakukan workshop dan training manajemen risiko untuk manajer di berbagai level organisasi, bahkan stakeholders lainnya seperti supplier dan partner. Ini supaya stakeholders yang terkait dengan bisnis kita dapat melakukan manajemen risiko dengan standar yang sama. Ketiga, lakukan kegiatan-kegiatan bersifat knowledge sharing mengenai manajemen risiko, di mana karyawan dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai manajemen risiko.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun