Mohon tunggu...
Deean 05
Deean 05 Mohon Tunggu... profesional -

I am \r\nA daughter\r\nA Sister\r\nA friend\r\nA consultant'\r\nand\r\nWhat I wrote here just a thought from a piece of my broken mind

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Whoever Said that Money Can’t Buy Happiness Didn’t Know Where to Shop

19 November 2012   16:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:03 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I have been told that whoever said that money can’t buy happiness didn’t know where to shop. Unknown.

Menohok saya langsung di hati, kenapa? Karena saya selalu berkata “Money can’t buy happiness”

Buat saya bahagia itu sederhana,

Ketika berkumpul dengan orang yang kita sayangi adakah saat yang paling bahagia,

Ketika berhasil memecahkan teka-teki tersulit

Ketika melihat tawa dari mulut mungil sepupu sepupu kecil saya

Ketika bernafas

Ketika memandangi foto foto kucing gendut  favorit saya

Ketika jatuh cinta

Ketika sadar betapa bodohnya saya saat patah hati

Ketika berbincang sampai larut malam dengan sahabat

Ketika bangun tidur dan masih bisa melihat matahari bersinar

Ketika menghirup udara segar sehabis hujan

Ketika bermain gitar dan bernyanyi bersama adik-adikku

Dan masih banyak hal sederhana dan kecil yang tidak bisa dibeli dengan uang untuk bahagia kecuali saya harus membeli udara dan sinar matahari juga.

Dulu sewaktu masih belum menghasilkan uang sendiri, saya tidak pernah berpikir tentang kebahagiaan atau kesedihan. Karena seingat saya, saya tidak pernah sedih terlalu lama karena saya dikelilingi orang-orang yang menyayangi saya.

Dan saya juga bukan orang kaya,  sebagai perbandingan untuk seorang mahasiswi saya hanya membeli sepatu, baju, tas sekali setahun, dan itupun baju obral di pasar raya. Saya ingin seperti teman-teman saya yang berpakaian bagus tapi tidak pernah pikiran tersebut membuat saya tidak bahagia dengan hidup saya.

Sekarang, saya sudah bekerja dan saya bisa menghasilkan uang 15 kali uang jajan saya ketika kuliah. Tapi, saya tinggal jauh dari keluarga saya dan saya lama-lama merasa kesepian.

Hal yang saya lakukan setiap hari hanyalah menangis dan ingin segera kembali ke kampung halaman. Untuk menghilangkan kesedihan saya berbelanja, saya menghabiskan uang yang saya miliki untuk berbelanja. Tapi, yang saya rasakan hanya bahagia sesaat, yang muncul belakangan adalah penyesalan, karena yang saya lakukan hanyalah sesuatu yang tidak berguna. Saya tetap tidak menemukan kebahagiaan seperti dulu.

Saya juga tidak mau munafik dengan mengatakan saya tidak butuh uang, saya butuh uang tapi uang tidak bisa membeli kebahagiaan yang saya butuhkan.

Somebody else said “Money can’t buy happinesss, but i’d rather cry in ferrari”.

Buat saya, “Money surely can’t buy happiness and I’d rather not cry even in ferrari or whatever”

Find the happines of your own but for me it is surely not about money.

Notes:

One friend of mine said: "Gw suka jalan-jalan keluar negeri, tanpa uang gw gak bisa dong menyalurkan     kebahagiaan gw"

Gw bilang: "Lucky you, Lu punya duit buat jalan-jalan kemana-mana, nikmati selagi lu masih bisa, karena gw belum punya duit banyak untuk membuktikan gw bisa bahagia jalan-jalan keluar negeri tanpa bersama orang yang gw sayangi. Buat gw, hanya main monopoli di teras rumah tapi dengan orang yang gw sayangi, that is the real happiness"  Very naive haa!

Another friend of mine said: "Klo gak punya duit lu makan pake apa, beli baju pake apa, beli bedak lo yang mahal pake apa? pake daon?"

Gw bilang: "ya pake duitlah, gw kan cuma bilang Money can't buy happiness bukan Money can't buy bedak gw, sepatu gw, tas gw, baju gw, handphone gw, and anything you can say but my happiness babe, entahlah kalau lu babe".

Just a thought from a piece of my broken mind

^^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun