Hari ini adalah peringatan tercetusnya Sumpah Pemuda, yang berhasil dirumuskan dalam Kongres Pemuda II, 27-28 Oktober 1928, puluhan tahun yang lalu. Saya mungkin harus melihat ulang teks-nya, agar tidak terlihat bagaimana saya mulai menjadi pelupa.. Apalagi semenjak kuliah sudah tidak pernah mengikuti upacara bendera hari Senin dan hari-hari besar seperti hari ini. Dan inilah kutipan Sumpah Pemuda yang saya maksud..
Pertama Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia. Kedoewa Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Ketiga Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Bergetar rasanya saat melihat dan meresapi bagaimana deretan kata tersusun mencengangkan.. kok bisa ya? (maaf kalau ada yang biasa saja saat membacanya..). Pemuda M. Yamin, si perumus naskah, mungkin juga tidak akan menyadari bahwa apa yang digagasnya akan menjadi trending topic di twitter, FB, kompasiana, dan berbagai media informasi lainnya TERMASUK.. menggelitik saya untuk menulis tentangnya.
Namun sore ini saya akan mencoba untuk merumuskan sumpah lainnya... Sebab hari ini ada pendemo yang mampir ke pabrik dimana saya bekerja dan menghentikan proses produksi. Kali ini tidak seanarkis dulu dan managemen langsung buka pagar selebar mungkin untuk mengurangi kemungkinan pengrusakan oleh massa yang sekali lagi menuntut kenaikan upah buruh. SALUT!!
Dari dalam pesawat Jogja-Cengkareng, mulai saya pikirkan ini, lalu lime menit saya buat rumusan yang saya beri judul SUMPAH PENDEMO.. dimana saya buat dengan format Sumpah Pemuda namub dalam ejaan bahasa Indonesia terkini.
Pertama : Kami, para pendemo Indonesia, bertekad akan terus menyuarakan aspirasi kami, hingga terpenuhi atau setidaknya ditanggapi dengan suatu mediasi dan diskusi..
Kedua : Kami, para pendemo Indonesia, berjanji akan menjaga kemurnian perjuangan ini dengan tidak menerima titipan kepentingan atau provokasi dari segelintir orang yang tak berani bicara sendiri..
Ketiga : Kami, para pendemo Indonesia, menolak segala tindakan anarki, intimidasi, atau manipulasi dalam setiap gerak langkah kami..
Saya diam sejenak membaca deretan kata-kata hasil pemikiran saya.. tersenyum kecil.. kecut juga..
Terasa jauh greget dan kelasnya  jika dibandingkan deretan sumpah pemuda yang di paragraf awal opini kali ini. Namun setidaknya itulah harapan saya untuk semua demo yang menyergap penjuru negeri ini, hari ini, dan hari-hari ke depan.. Semangat..
[caption id="attachment_274701" align="aligncenter" width="640" caption="sweeeepiiiing.. horeeeee... lanjut swiimiiiiing..."][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H