Mohon tunggu...
Dian NovitaSari
Dian NovitaSari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Aktif

Mahasiswa semester 6 prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Walisongo Semarang dengan beberapa pengalaman organisasi dan kepanitiaan di kampus, sehingga mengasah kemampuan kerjasama tim dan komunikasi saya lebih baik. Kemudian merangkai, membuat dan menyusun segala sesuatu dengan rapih adalah salah satu kegemaran saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fast Fashion: Mahasiswa Terperangkap dalam Siklus Komsumsi Tak Terkendali, Bagaimana Mencari Jalan Keluar?

8 Mei 2024   11:32 Diperbarui: 8 Mei 2024   11:43 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fast fashion telah menjadi fenomena yang mengguncang dunia mode, terutama di kalangan mahasiswa. Namun, keputusan untuk terus mendukung industri ini terasa di luar nalar, mengabaikan konsekuensi sosial dan lingkungan yang serius.  Fast fashion menjadi permasalahan di kalangan mahasiswa yang tak terkendali yang namun kurang mendapat perhatian lebih.

 

Mahasiswa adalah generasi penerus yang diharapkan memiliki pemikiran kritis dan kesadaran sosial yang tinggi. Namun, terlalu banyak mahasiswa yang terjebak dalam lingkaran konsumsi fast fashion tanpa mempertimbangkan dampaknya. Mereka tergoda oleh harga murah, tren terkini, dan penawaran yang terus berubah, tanpa menyadari konsekuensi yang tersembunyi. Pertama-tama, fast fashion memiliki dampak lingkungan yang signifikan.

Selanjutnya, keputusan untuk membeli pakaian fast fashion juga menyokong kondisi kerja yang buruk di industri tersebut. Banyak merek fast fashion memanfaatkan tenaga kerja murah di negara-negara berkembang, dengan jam kerja yang tidak manusiawi, upah rendah, dan kurangnya hak pekerja yang dihormati

 Mahasiswa seharusnya mempertanyakan etika di balik produksi pakaian yang mereka kenakan dan memilih untuk mendukung merek yang berkomitmen terhadap keadilan sosial. 

Namun, pertanyaan terbesar adalah, apa yang seharusnya dilakukan oleh mahasiswa terkait fast fashion? Pertama, mereka dapat mulai dengan meningkatkan kesadaran akan dampak fast fashion melalui pendidikan dan kampanye. Mahasiswa juga dapat memilih opsi berkelanjutan seperti mendaur ulang pakaian, berbelanja di toko vintage, atau memilih merek yang berkomitmen terhadap keberlanjutan.

Selain itu, mahasiswa dapat memperkuat gerakan slow fashion, yang mendorong produksi pakaian yang berkualitas, tahan lama, dan diproduksi dengan cara yang etis dan berkelanjutan. Dengan memilih kualitas daripada kuantitas, mahasiswa dapat mengubah paradigma konsumsi dan menunjukkan bahwa gaya tidak harus mengorbankan nilai-nilai sosial dan lingkungan.

 Fast fashion telah mempengaruhi kalangan mahasiswa dengan keputusan yang di luar nalar. Namun, melalui kesadaran, pendidikan, dan tindakan nyata, mahasiswa dapat memainkan peran penting dalam merombak industri mode.

 Oleh karena itu, pertanyaannya adalah: Apakah mahasiswa siap untuk mengambil langkah-langkah kecil yang berarti untuk mempromosikan mode yang berkelanjutan dan beretika? Bagaimana mereka dapat mempengaruhi perubahan positif dalam industri ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun