Mohon tunggu...
Dian Ariffahmi
Dian Ariffahmi Mohon Tunggu... Penulis - Dulunya anak Ekonomi di Kampus Semanggi, sekarang mahasiswi di Universitas Siber Asia, Corporate Communication practitioner, and a mother in spirit

Halo, nama saya Dian. Ibu pekerja beranak 2 yang sehari-harinya sibuk bekerja, belajar, dan seringkali salah saat bilang kanan tapi maksudnya belok kiri. Punya cita-cita besar yang cuma sebatas angan-angan karena pada akhirnya hanya rebahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pemilu, Pesta Pora Demokrasi Harus Saling Menghormati

12 Februari 2024   21:39 Diperbarui: 23 Juli 2024   14:50 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesta demokrasi lima tahunan Indonesia itu datang juga. Ini adalah momentum bagi semua masyarakat untuk menggunakan hak sebagai warga negara, dalam menentukan arah politik di negaranya. Masa penting dimana rakyat jadi raja yang sesungguhnya. Disayang-sayang sama calon wakilnya di legislatif, diperhatikan sama calon pemimpin negaranya. Tak heran masyarakat jadi senang. Seperti seorang anak yang akhirnya diperhatikan orang tuanya. 

Janji manis tersebar dimana-mana. Rancangan masa depan makmur sejahtera tergambar di tiap poster, baliho, billboard yang bertebaran dimana-mana. Jatuh hati. Betul, masyarakat jadi jatuh hatinya karena para calon pemimpin saling bersaing menyatakan bahwa dirinya yang terbaik. Macam tangkai bunga berebut perhatian kumbang, berharap mereka berbondong-bondong hinggap di kelopaknya. kira-kira begitu gambarannya.

Tak jarang jatuh hati ini berubah jadi sayang. Saking sayangnya, mereka lupa kalau ada orang lain yang memilih pujaan hati lain. Mereka yang tak sepaham bukan lagi kawan. Mereka yang berseberangan bukan lagi saudara. Saudara setanah air, satu nusa, satu bangsa. Masalah merembet kemana-mana. Dari politik lanjut ke konflik. Orang lupa beretika. 

Contoh adalah foto berikut ini. Akun Instagram USSFeeds mengabarkan bahwa salah satu warga negara Indonesia yang sedang bersekolah di Adelaide, Australia, meninggal dunia karena tertimpa pohon seberat 10 ton. Banyak sekali komentar duka yang mengiringi kepergian gadis muda nan cantik ini. Tapi dari semua komentar, terselip komentar untuk merujuk salah satu pasangan calon (paslon) Presiden dan Wakil Presiden kontestan pemilu 2024. Pantaskah begitu? 

Belum lagi komentar bernada satir tentang pemerintah saat ini, yang ditengarai mendukung paslon tertentu. Padahal jika dipelajari lebih lanjut, mereka harusnya berhati-hati karena Pasal 27 ayat 3 UU ITE masih mengintai. Pasal 27 ayat 3 UU ITE menyebut melarang setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Pasal ini adalah salah satu "pasal karet" yang diperdebatkan banyak orang karena bersifat ambigu. Pasal ini dikhawatirkan dapat merenggut kebebasan dalam mengkritik pemerintah. 

Apakah Pasal 27 ayat 3 ini dapat dipakai oleh orang lain selain pemerintah? Tentu bisa. Semisal ada orang tidak suka namanya disebut dan dikonotasikan sebagai hal negatif, lalu orang itu melapor ke Polisi, maka kasus ini bisa jadi berjalan. Apalagi jika yang disebut namanya adalah nama tokoh. Nama salah satu paslon misalnya. 

Instagram: Newsfeed
Instagram: Newsfeed

Pemilu itu berasaskan LUBER. Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia. Yang artinya semua orang punya hak masing-masing dalam memilih dan merahasiakan siapa yang dia pilih. Untuk berkampanye dalam memperkenalkan program-program para paslon boleh saja. Mendukung secara terbuka paslon tertentu? Silakan. Tapi hormatilah pilihan orang lain. Jangan berkomentar di luar konteks di halaman media sosial orang lain. Kalau orang tersebut pendukung yang sama sih tidak apa. Bagaimana kalau orang ini tidak suka? 

Instagram : Newsfeed
Instagram : Newsfeed

Yuk jaga lisan, jaga jempol. Edukasi tentu saja boleh sekali. Tapi tetap sopan, beretika, dan menjunjung tinggi asas demokrasi. Jangan kebablasan! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun