Pendidikan Tinggi identik sama mahal. Terbayang dulu tahun 2003, tengah asyik saya menikmati masa muda anak kuliahan, saya harus dihantui oleh fakta bahwa ayah saya bangkrut dan terancam berhenti kuliah. Biaya sekolah swasta yang berkategori mahal sungguh jadi hal mewah di kala itu. Untuk menyambung hidup, saya putuskan untuk kerja sambil kuliah. Kerja jadi guru TK, jadi pelayan kafe, semua dilakukan asal jangan sampai terjerumus jadi ayam kampus. Bukan apa-apa, saya sadar saya gak punya modal, haha.Â
Tapi kuliah sambil kerja sangat sulit di masa itu. Metode kuliah konvensional yang mengharuskan hadir di kelas tepat waktu, ditambah nilai absens jika empat kali tidak hadir maka konsekuensinya tidak bisa ikut ujian itu bikin saya kewalahan. Iya, nafas tuh kayaknya Senin-Kamis gitu.Â
Bertahun-tahun berlalu. Saya sudah bekerja dan berkeluarga. Tapi kesibukan untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak memudarkan mimpi untuk bisa bersekolah kembali. Bukan kursus, les, atau training, tapi sekolah. Sekolah betulan yang bawa pulang ijazah dengan nilai bagus, karena dulu IPK saya betul-betul pas buat modal lulus. Sekolah yang sesuai sama minat dan bakat saya karena dulu saya dipaksa sekolah ekonomi. Tapi mau sekolah dimana? Saya tidak ada waktu untuk datang ke kampus. Entah itu hari kerja atau hari libur. Waktunya habis untuk bekerja dan anak, keluarga.Â
Sampai suatu hari saya bertemu junior saya di kantor yang tamatan SMA, tapi berani melamar ke tempat saya dan berjanji akan segera kasih ijazah strata satu secepatnya. "Memangnya kamu bisa atur waktunya?" Begitu kata saya ragu. Takut kerjaan terbengkalai dengan alasan sibuk kuliah. Nah, jawaban selanjutnya dari junior ini malah memutarbalikkan dunia saya.Â
Dia cerita kalau sebetulnya dia sudah satu tahun menempuh perkuliahan di salah satu Perguruan Tinggi Swasta yang berlokasi di Jakarta. Dia berjanji sama saya kalau kuliahnya ini tidak akan membuat dia izin dalam bentuk apapun untuk sekedar hadir ke kampus. Sekolahnya full online. Jawaban menarik yang malah bikin saya banyak tanya soal perkuliahan. Singkat cerita saya semakin kepo dan cari tahu lebih.Â
Namanya Universitas Siber Asia (Unsia). Universitas ini adalah universitas swasta  yang diinisiasi oleh Dr. El Amry Bermawi Putera, yang adalah Rektor 3 periode di Universitas Nasional, salah satu universitas tertua di Indonesia,  dan Jan Youn Cho, Ph.D., MPA., CPA., mantan Vice President of Hankuk University for Foreign Studies, yang sekaligus merupakan Operating Rector. Keduanya punya misi untuk meningkatkan kualitas Pendidikan tinggi melalui pembelajaran berbasis full online learning. Sekolah ini telah terakreditasi di BAN - PT dan memiliki rekognisi internasional dari EAHEA (European Agency for Higher Education & Accreditation).Â
Habis cari tahu tentang kualitasnya, saya cari tahu soal biayanya sembari klak klik sana sini, iseng-iseng isi kolom pendaftaran yang niat-gak-niat saya isi karena masih ragu perkara biaya. Pendaftaran selesai, lulus tes online, terus bayar pendaftaran Rp100.000,- eh ternyata saya resmi jadi anak kuliahan lagi! Antara deg-degan apa bisa atur waktunya, sama senang karena memang saya, ya senang aja sih kuliah lagi. Kuliah komunikasi yang memang saya kepingin dari dulu. Nah soal biaya kuliah, ternyata saya hanya perlu bayar biaya yang cukup murah dibandingkan biaya perkuliahan masa kini.
Unsia punya lima Program Studi yaituÂ
- PJJ SI Manajemen (Management)
- PJJ S1 Akuntansi (Accounting)
- PJJ S1 Sistem Informasi (Information System)
- PJJ S1 Informatika (Informatics/Computer Science)
- PJJ S1 Komunikasi (Communication Science)
Tapi jangan dibayangkan kuliah online itu bisa santai-santai. Kalau sedang tugas, wah tugasnya serius. Dosennya juga bukan dosen sembarangan karena saya pernah kuliah sehari sama Prof. Dr. Hafied Cangara, M.Sc, Guru Besarnya Ilmu Komunikasi yang namanya sering saya kutip buat nulis dasar dan strategi komunikasi di sepanjang karier saya sebagai Humas. Belum lagi kesempatan lain dimana saya, yang setengah ARMY dan full Drakor Lover, bisa belajar bahasa Korea karena salah satu mata kuliah wajibnya adalah bahasa Korea. Buat apa? Buat bisa kerja resmi di Korea Selatan karena Unsia sudah kerjasama untuk itu!Â