Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... Freelancer - klaverstory.com

-Job fils your pocket, adventure fils your soul-

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Peran Serta Ibu dari Rumah, Turut Wujudkan Net Zero Emission di Indonesia Tahun 2060

19 Juni 2024   08:31 Diperbarui: 19 Juni 2024   08:49 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penggunaan energi listrik (foto dokpri)

Salah satu upaya NZE melalui transisi energi yaitu mengganti sumber energi tak terbarukan seperti minyak bumi, batu bara dan gas bumi dengan energi yang terbarukan yaitu angin dan matahari. Pengalihan era bahan bakar fosil harus memperhatikan kepentingan masyarakat banyak dan dilakukan secara adil. Kenapa begitu? Ya karena justru pihak yang terdampak langsung bukanlah pihak yang harus bertanggung jawab. Misalnya kegiatan industri di negara maju yang menghasilkan emisi karbon yang tinggi berimbas pada kerusakan lingkungan di negara lain.

Indonesia secara konkret memberikan komitmen terhadap kesepakatan yang tertuang pada Paris Agreement. Dilansir dari laman resmi BRIN, pemerintah konsisten telah menerapkan Rencana Aksi Nasional untuk perubahan iklim dan mengurangi emisi gas rumah kaca sejak 2011. Pembaharuan NDC (National Determined Contribution) di tahun 2022 dengan tujuan penurunan emisi lebih besar 31,89% dibandingkan tahun sebelumnya. Termasuk menyiapkan peta jalan Net Zero Emission tahun 2060 di mana mitigasi 2030 akan didekarbonisasi yang mencakup penerapan sistem energi yang efisien, energi terbarukan, nol emisi atau rendah emisi dan pengurangan batu bara.

Bentuk Partisipasi Ibu dari Rumah untuk Mewujudkan Net Zero Emission 2060

Apa yang dilakukan untuk mewujudkan Net Zero Emission di tahun 2060? Ibu ternyata punya andil besar. Sebagai tokoh sentral di rumah, ibu punya peran penting mengatur dan mengambil keputusan agar semua kegiatan di rumah berbasis ramah lingkungan.

Konsep Net Zero Emission dan transisi energi adil yang bisa diterapkan di rumah adalah hemat listrik. Saat siang hari penerangan di rumah tidak lagi menggunakan lampu listrik melainkan beralih matahari. Sinar matahari masuk melalui jendela dan menerangi seluruh ruangan. Contoh lain yaitu tidak pernah lupa mematikan televisi, radio, komputer dan alat elektronik lainnya setelah digunakan, mencabut pengisi daya dari stop kontak, menggunakan AC seperlunya, memilih alat elektronik yang tidak mengkonsumsi daya listrik besar, mematikan keran air, menggunakan mesin pompa air otomatis. Berawal dari satu kebiasaan baik mematikan lampu saat matahari terbit, saya pun terbiasa tidak membuang energi. Prinsip hemat energi hemat biaya yang diajarkan ibu saya sudah tertanam dengan baik dan saya terapkan di mana pun

Bahaya gas rumah kaca ternyata tidak hanya karbon dioksida atau CO2 melainkan ada yang dihasilkan oleh gas metana (CH4). Gas ini dihasilkan oleh hewan dan kotoran hewan, termasuk pakan hewan yang mengandung nitrogen. Gas metana yang terlepas ke udara dalam jumlah besar akan menimbulkan emisi gas rumah kaca. Bayangkan jika konsumsi daging meningkat dan usaha peternakan semakin banyak. Pemanasan global yang ditimbulkan oleh efek gas rumah kaca meningkat. Di sinilah peran ibu sangat diharapkan untuk dapat memberikan pemahaman tentang perlunya mengurangi konsumsi daging merah kepada anggota keluarganya.

Coto Makassar berbahan baku utama daging (foto dokpri)
Coto Makassar berbahan baku utama daging (foto dokpri)
Saya beruntung pola makan di rumah kami tergolong praktis. Ibu jarang menyajikan menu daging merah. Harganya mahal dan harap maklum jatah uang belanja per hari ngepas. Sayuran menjadi menu andalan kami yang lebih ramah lingkungan. Sejak pembibitan hingga panen proses penanaman sayur mengandalkan matahari dan air agar tanaman tumbuh dengan baik. Cukup sederhana dan mudah, hanya mengatur menu pola makan hijau alias sayuran memberikan dampak positif terhadap kelestarian bumi.

Sementara itu dalam unggahan akun Instagramnya tanggal 27 Mei 2024, Oxfam organisasi global yang fokus pada pemberdayaan perempuan, mengajak ibu-ibu dan warga Desa Pene Utara, Desa Nenas dan Desa Mutis, Kabupaten TTS, Nusa Tenggara Timur berkumpul untuk belajar energi terbarukan. Mereka berdiskusi dan mendapat pengetahuan bagaimana mengolah sisa sayuran dan kotoran hewan menjadi biogas yang bisa digunakan untuk memasak.

Kompor biogas menjadi salah satu contoh transisi energi adil bagi ibu. Jika dahulu ibu-ibu di desa tersebut mengandalkan kayu sebagai bahan bakar, kini mereka beralih menggunakan biogas. Sebagai sumber energi terbarukan biogas lebih ramah lingkungan dan secara signifikan mengurangi emisi karbon.

Dapur tradisional (foto dokpri)
Dapur tradisional (foto dokpri)

Manfaat menggunakan biogas bagi perempuan khususnya para ibu di rumah yaitu lebih efisien waktu, biaya dan tenaga. Waktu yang diperlukan untuk memasak dengan kompor biogas lebih cepat, biaya beli kayu bisa dialihkan untuk pos belanja keperluan dapur yang lain, limbah biogas bisa digunakan untuk pupuk sehingga tidak ada pengeluaran biaya pupuk, para ibu juga tidak perlu lagi pergi mencari kayu bakar serta rumah lebih sehat tanpa asap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun