Beberapa hari mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP) teraasa otak bergerak kemana, mulai dari mengatur waktu zoom hingga tugas yang harus terselesaikan sesuai dateline. Tetapi itu sebuah resiko dari sebuah perubahan berdasar pemikiran Ki Hajar Dewantara, Visioner tanpa sekat dokmatis yang menjadi fleks hitam dalam dirinya. Berselanjar 9 bulan akan meresa menyenangkan dengan mempelajari pemikiran orang besar dalam sebuah perubahan yang baik dengan konsep yang berlian.
Objek kajian pengajaran adalah manusia, yang memiliki karakter bawaan yang disebut dengan kodrat alam. Teori ini sekaligus anak seperti tabularasa yang tercetak sesuai dengan kondisi lingkungan. Beda dalam konsep Pendidikan, karena setiap anak memiliki bawaan karakter dan peran guru hanyalah menuntun artinya memberikan menfasilitasi dan mengarahkan sesuai dengan kodratnya. Kita tidak mungkin membayangkan padi yang kita rawat suatu saat akan menjadi jagung. Tetapi, kita hanya berusaha padi yang kita rawat akan mengasilkan panen yang maksimal sesuai dengan kodratnya.
Demikian halnya, adaptasi zaman harus berkesinambungan dan selaras dengan perkembangannya. Pendidikan abad 21 yang mengedepankan tehnologi akan mudah diakses menjadi sarana Pendidikan sekaligus sekat sosial dimasyarakat bahkan dilembaga Pendidikan tanpa pengawasan dari seorang guru. Semisal saat ini gadget sudah menjadi barang urgen dilingkungan siswa, tanpanya seakan hampa seharian dilingkungan sekolah. Membawa gadget ke dalam kelas memiliki manfaat dan kerugian, diantaranya ;
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H