Mohon tunggu...
Dian Aliza Pratidina
Dian Aliza Pratidina Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan Guru di SMAN 1 Waringinkurung

Manusia berisik yang sangat suka bercanda, mencintai hal - hal yang berwarna pink dan film-film marvel. Terpaksa terjun ke dunia yang penuh angka sampai akhirnya tidak bisa pindah ke lain hati.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Faktor Hereditas dan Lingkungan pada Perkembangan Anak Usia Dini

26 Mei 2023   21:23 Diperbarui: 26 Mei 2023   21:28 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : http://gg.gg/kegiatananakusiadini

Karakteristik individu yang dapat diamati, dipengaruhi oleh gen yang diwarisi dari orang tua, dan merupakan karakteristik bawaan (Amini & Naima, 2020). Konsep ini merujuk pada pandangan hereditas. Berikut adalah beberapa prinsip hereditas yang dijelaskan oleh Crow and Crow (Fathurrohman, 2016; Daimah & Niam, 2019):

  • Dalam prinsip reproduksi, faktor keturunan berlangsung melalui perantara germ cell bukan comatic cell. Artinya sifat-sifat yang orang tua dapatkan dari lingkungan tidak akan ditrurunkan kepada keturunannya. Contoh: seorang orang tua yang kompeten dalam bidang arsitektur tidak serta merta membuat keturunan (anak) nya menjadi ahli arsitektur juga sejak dia dilahirkan tanpa proses belajar.
  • Dalam prinsip konformitas, makhuk hidup menurukan ciri-ciri biologis, keadaan jasmani, warna kulit secara sendiri tanpa pengaruh dari lingkungan. Walaupun dengan kemajuan teknologi sekarang mungkin saja dapat mengubah, tetapi hal itu bertentangan dengan etika kemanusiaan
  • Dalam prinsip variasi, Diyakini bahwa suatu jenis atau spesies memiliki persamaan dan perbedaan.
  • Dalam prinsip regresi filial, berpendapat bahwa orang tua adalah pembawa daripada pencipta, dan bahwa sifat atau keterampilan yang ada pada keturunannya cenderung rata-rata. Sebagai contoh, beberapa orang tua memiliki campuran sel yang baik dan dominan, tetapi keturunannya hanya memiliki sel yang buruk, yang menyebabkan anak menjadi kurang cerdas atau berbakat. Ini juga mungkin untuk membalikkan ini. Ini menyiratkan bahwa ada variabel luar yang mungkin berdampak pada skenario ini dan memacu minat studi di masa depan.
  • Dalam prinsip menyilang, orang tua mewariskan sesuatu kepada keturunannya secara menyilang. Maksudnya adalah anak perempuan cenderung memiliki sifat dan tingkah laku yang mirip dengan ayahnya, sedangkan anak laki-laki lebih cenderung memiliki sifat yang sama dengan Ibu.

Seseorang yang meyakini bahwa hereditas adalah faktor yang mempengaruhi perkembangan seorang individu bukan berdasarkan faktor lingkungan dan pendidikan disebut dengan aliran nativisme atau disebut juga dengan istilah pesimisme pedagogis, dengan tokohnya yaitu Schopenhaue. Asumsi ini muncul karena individu pasti memiliki kesamaan baik secara fisik maupun psikis dengan orangtuanya, dimana gen-gen yang dimiliki oleh seorang individu adalah gen yang diturunkan langsung oleh orangtuanya (Amini & Naima, 2020). Untuk itu yang mempengaruhi perkembangan seorang individu adalah: bakat, sifat keturunan, intelegensi dan kepribadian. Schopenhaue berpendapat bahwa manusia lahir dengan membawa potensi yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Taraf kecerdasan sudah ditentukan sejak anak dilahirkan. Sebesar 75% - 80% intelegensi seorang anak merupakan faktor keturunan dan hal ini disampaikan oleh ahli psikologi Loehlin, Lindzey dan Spuhler.

 Pengaruh Lingkungan dalam Perkembangan Anak Usia Dini

Faktor lain yang mempengaruhi perkembangan anak usia dini adalah faktor lingkungan sekitar (Isnainia & Na'imah, 2020). Lingkungan dapat mencakup berbagai hal, seperti lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan sosial. Dengan demikian, lingkungan dapat diartikan sebagai peran keluarga dalam pengasuhan dan pembesaran anak, sekolah sebagai tempat pendidikan, dan lingkungan sosial sebagai tempat untuk bersosialisasi dan bermain (Fatimah, 2010). Lingkungan merupakan faktor eksternal yang membentuk dan mempengaruhi perkembangan anak usia dini. Jika hereditas memberikan potensi perkembangan anak, maka lingkungan yang akan mengaktualisasikannya (Isnainia & Na'imah, 2020). Lingkungan di mana individu tumbuh dan berkembang terbagi menjadi beberapa bagian, seperti lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan sosial masyarakat.

Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga sangatlah penting dalam perkembambangan anak, karena didalam lingkungan keluarga terdapat peran keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan stimulus anak usia dini secara langsung (Saripudin, 2016). Lingkungan rumah merupakan tempat pendidikan utama anak dan dapat menjadi landasan tumbuh kembangnya, menurut Dea Nerizka, Eva Latifah (2021). Hal ini sependapat dengan pendapat yang diungkapkan oleh Fathurrohman pada tahun 2016 bahwa keluarga merupakan setting pertama yang mempengaruhi seluruh perkembangan anak. Orang tua dan anggota keluarga sangat menentukan tumbuh kembang anak, keluarga merupakan lembaga pertama yang memenuhi kebutuhan fitrah manusia yang mendasar, baik secara biologis maupun sosiopsikologis, dan anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Untuk itu lingkungan keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi anak. Agar anak dapat tumbuh dengan baik, diperlukan stimulasi dari lingkungan rumah selain menunggu proses pematangan secara alami. Menurut (Ayun, 2017), lingkungan yang kondusif untuk kehidupan keluarga yang bahagia dan aktif diperlukan untuk perkembangan anak yang prima, dan lingkungan ini dapat dibangun melalui komunikasi yang efektif antara orang tua dan anak.

Perkembangan fisik anak usia dini dapat dipengaruhi oleh berbagai pengaruh internal dan lingkungan, banyak di antaranya terjadi dalam konteks rumah. Variabel internal adalah yang berasal dari anak itu sendiri. Karakteristik fisik yang diwarisi anak-anak dari orang tua mereka adalah kategori lain dari pengaruh internal. Anak-anak, misalnya, cenderung lebih putih daripada anak-anak dari orang tua berkulit hitam, sama seperti anak-anak dari orang tua berkulit putih. Atau, misalnya, seorang anak dari keluarga yang kedua orang tuanya tinggi mungkin akan memiliki perawakan yang tinggi juga. Kedewasaan adalah pengaruh internal tambahan. Secara tidak langsung, faktor kedewasaan tampaknya telah merencanakan modifikasi tubuh anak. Bahkan ketika anak-anak diberi makan makanan yang sangat sehat, pertumbuhan akan melambat jika waktu kedewasaan belum tiba. Misalnya, balita kecil sejak usia 4 bulan diberikan makanan yang sangat bergizi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan otot kakinya agar dapat berjalan. Jika anak muda terlalu muda untuk melewati masa berjalan, diragukan ini akan berhasil. Tentunya anak dapat berjalan setelah menginjak usia kurang lebih 8 bulan, atau bahkan kebanyakan lebih dari usia 8 bulan.

Selain faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perkembangan anak, pola pengasuhan orang tua juga dapat mempengaruhi perkembangan anak (Fathurrohman, 2016). Terdapat empat pola pengasuhan yang berpengaruh terhadap perkembangan anak usia dini yaitu:

  • Gaya pengasuhan yang otoritatif, di mana orang tua mendahulukan kebutuhan anak-anak mereka tetapi juga tidak takut untuk mendisiplinkan mereka. untuk meningkatkan tingkat kemandirian dan kemandirian mereka sebagai orang tua;
  • pola pengasuhan otoriter yaitu pola pengasuhan orang tua yang menuntut anak untuk mematuhi aturan yang idealis menurut orang tuanya, mengharuskan patuh dan hormat serta sopan santun. Sehingga pola pengasuhan ini mengakibatkan anak menjadi kurang percaya diri, kurang spontan, serta menarik diri dari lingkungan sosialnya;
  • Pola asuh memanjakan atau sabar adalah salah satu di mana orang tua tidak mengatur perilaku anak-anak mereka sesuai dengan kebutuhan dan tahap perkembangan mereka. Ini difokuskan pada minat anak. Pola asuh ini akan mengakibatkan anak menjadi manja, impulsif, lebih mementingkan diri sendiri dan mudah menangis;
  • pola pengasuhan penelantar (Hidayah, 2009).

Lingkungan Sosial Masyarakat

Masyarakat merupakan elemen yang tak terpisahkan dalam kehidupan kita, dan dalam kenyataannya kita saling membutuhkan satu sama lain. Banyak hal yang terlibat di dalam interaksi masyarakat, termasuk dalam konteks perkembangan anak usia dini. Hal ini sejalan dengan pandangan Hadi (2017), yang menyatakan bahwa lingkungan masyarakat memainkan peran aktif dalam perkembangan seorang anak. Hal tersebut dikarenakan anak cenderung mengikuti pola kebiasaan yang ada pada lingkungannya baik sadar maupun tidak sadar (Daimah & Niam 2019).

Masyarakat adalah sekelompok orang yang relatif mandiri, dapat hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu, memiliki budaya yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut (Horton, 1999). Meskipun masyarakat adalah tempat di mana anak-anak dapat tumbuh dan berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa, ada sejumlah elemen yang dapat mempengaruhi perkembangan anak usia dini, termasuk teman sebaya, budaya mereka sendiri atau budaya komunitas mereka, dan media. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan pola pengasuhan yang tepat dalam membentuk perkembangan anak usia dini. Sayangnya, saat ini banyak orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan anak, mereka lebih fokus pada peran sekolah dalam membentuk perkembangan anak di masa kanak-kanak. Namun, peran penting juga diperlukan melalui pola pengasuhan yang baik dan menciptakan lingkungan yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Dea Nerizka & Eva Latifah (2021), lingkungan yang baik adalah salah satu faktor signifikan dalam perkembangan anak, selain faktor keturunan.

Lingkungan Sekolah

Sumber : Koleksi Penulis
Sumber : Koleksi Penulis

Menurut Elizabeth B. Hurlock, lingkungan sekolah memiliki peran penting dalam mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang anak, baik dalam berpikir maupun berperilaku (Hadi, 2017). Di sekolah, anak-anak dapat berinteraksi dengan guru dan teman sebaya mereka secara tidak langsung (Dea Nerizka & Eva Latifah, 2021). Pada usia dini, anak-anak saling mengamati dan meniru kebiasaan yang ada di lingkungan sekolah, sehingga penting bagi orang tua untuk menjadi panutan bagi anak mereka agar tumbuh dan berkembang dengan baik (Prasanti & Fitrianti, 2018).

Lingkungan sekolah bagi anak usia dini dapat ditemukan di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD merupakan tahap pendidikan sebelum memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Tujuan PAUD adalah memberikan rangsangan yang membantu anak dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka, termasuk dalam hal agama dan moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, dan seni untuk rentang usia sampai 6 tahun (Latifah, 2020). Setiap anak usia dini memiliki perkembangan yang berbeda-beda, sehingga perkembangan mereka tidaklah seragam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun