Mohon tunggu...
Dian Iswanti
Dian Iswanti Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa PGMI Institut Pesantren Mathali'ul Falah

Abadikan kenangan dengan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Giat Berusaha Meraih Cita-cita

29 Desember 2020   13:53 Diperbarui: 29 Desember 2020   13:55 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ani adalah seorang gadis kecil  berusia 12 tahun. Sekarang ia duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar. Ia merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Dua kakaknya Adit dan Indra telah lama putus sekolah dikarenakan kondisi ekonomi keluarga mereka sehingga mereka memutuskan bekerja sebagai pemulung. Mereka tahu pendapatan yang didapat oleh mereka dari hasil memulung tidak seberapa, tetapi paling tidak mampu membantu perekonomian keluarga. Ayah mereka telah lama meninggal dunia, sedangkan ibunya sering sakit-sakitan dan bekerja sebagai tukang cuci dan setrika baju panggilan. Setiap pulang sekolah Ani ikut kakak-kakaknya untuk mencari sampah di pinggiran jalan dan di komplek, Setelah banyak mereka mengumpulkannya ke pengepul. Dan uangnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari dan disisihkan untuk keperluan sekolah Ani. Awalnya ibu dan kakaknya melarang Ani untuk ikut memulung, namun Ani tetap bersikeras. Alasannya karena ia tidak tega melihat ibu dan kakaknya bekerja keras namun dia hanya bisa berpangku tangan. Hingga akhirnya ibunya mengijinkan Ani untuk ikut memulung asalkan Ani tetap ingat kewajibannya untuk belajar.  Di sekolah Ani adalah anak berprestasi, ia selalu mendapatkan rangking satu di kelasnya. Ia juga telah menjuarai berbagai kompetisi. Yang terakhir dia mendapatkan juara 2 lomba MIPA di tingkat kecamatan dan melaju ke tingkat kabupaten.  Dan di tingkat kabupaten dia berhasil mendapatkan juara 2. Penghargaan-penghargaan yang diraihnya tertata rapi di meja rung tamu miliknya menandakan betapa cerdasnya seorang Ani. Dan nantinya ia juga akan mengikuti seleksi beasiswa agar dapat melanjutkan sekolah favorit di kota tanpa dipungut biaya sehingga tidak membebani orang tua dan kakaknya. Meskipun dia berasal dari kalangan orang kurang berada, ia merupakan anak yang gigih dalam belajar. Cita-citanya adalah menjadi seorang dokter. Dia sadar, untuk dapat meraihnya ia harus tekun belajar agar dapat mendapatkan beasiswa dan meraih cita-citanya.
Pada suatu hari, Ani dan kakaknya pulang larut malam dari memulung. Sesampainya di rumah ternyata ibunya telah  menunggu di depan rumah dengan wajah cemas.

 Ibunya bertanya "Kalian dari mana saja? Mengapa jam segini kalian baru pulang?".  


Lalu Adit menjawab "Kami dari memulung di desa sebelah buk, disana ada hajatan jadi kita menunggu acara itu sampai selesai" .


" Iya bu, sampah dan botol bekasnya banyak, jadi kita menunggu acara itu sampai selesai, kita juga bawa makanan buat ibuk lohh" (ucap Ani dengan wajah ceria sambil memperlihatkan bungkusan plastik berwarna putih)


"Ya Allah nak nak, tapi tidak seharusnya kalian harus pulang larut malam seperti ini, kalian juga harus jaga kesehatan, dan Ani, Ani besok sekolah nak, gimana kalau Ani kecapekan dan besok tidak fokus menerima pelajaran?" Ucap ibu.


"Iya bu, Adit minta maaf karena telah mengajak adik-adik pulang larut malam. Adit janji tidak akan mengulanginya"


"Iya sudah, ayo masuk ke rumah. Kalian harus mandi, makan setelah itu beristirahat"


"Baik bu", ucap mereka bertiga.

Setiap hari Ani selalu berusaha untuk belajar, meskipun hanya mengulang kembali apa yang telah diajarkan gurunya di sekolah. Tidak seperti anak lainnya yang sering belajar di siang hari atau malam hari, Ani lebih suka belajar di pagi hari setelah subuh, menurutnya suasana di pagi hari yang tenang mampu membuat ia lebih berkonsentrasi dan apa yang ia pelajari masuk ke dalam otak. Saat yang ditunggu hampir tiba, seleksi beasiswa kurang seminggu lagi,  ia tidak lagi ikut kakak-kakaknya memulung, ia fokus akan persiapannya untuk seleksi beasiswa. Tak lupa sehabis sholat ia selalu berdoa kepada Allah semoga apa yang ia kerjakan dan ia usahakan di ridhoi Allah dan mendapatkan hasil seperti apa yang ia harapkan. Ibu dan kakak-kakaknya pun mendukung penuh apa yang dilakukan Ani, karena Ani lah satu-satunya harapan keluarga mereka.


Hari itu hari Senin, waktu seleksi akan tiba. Sebelumnya Ani telah belajar pagi hari di rumah. Kemudian ia mandi dan sarapan, ia berpamitan kepada ibunya dan memohon doa agar dipermudah saat mengerjakan soal nanti. Ia berangkat sekolah dengan mengayuh sepeda butut miliknya. Sesampainya di sekolah bel berbunyi dan semua siswa masuk ke kelas masing-masing. Ani masih harus mengikuti satu jam pelajaran sebelum ia mengikuti seleksi. Di dalam kelas ia merasa gugup, ia takut jika nanti ia tidak bisa mengerjakan soal. Tapi dia terus meyakinkan hatinya kalau dia akan bisa dan berhasil demi keluarga dan cita-citanya. Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Dikarenakan seleksi tersebut diadakan secara online sekolah memfasilitasi penggunaan komputer. Ani pergi ke ruang komputer berkumpul dengan teman-temannya yang lain. Disana ia mendapatkan pengarahan saat pelaksanaan ujian dan diberi waktu dua jam. Ujian dimulai, semua diam dan fokus untuk mengerjakan soal. Ani dengan mudah mengerjakan soalnya dikarenakan semua materi telah ia pelajari, ia selesai setengah jam sebelum waktu habis. Namun ia kembali lagi mengoreksi hasil ujiannya untuk memastikan jawabannya. Setelah waktu habis semua keluar dari ruangan. Hasil ujian akan muncul 2 jam setelahnya dan akan di tempelkan pada papan mading. Ketika hasilnya keluar, semua anak berkerumun melihat hasilnya. Ani yang berbadan kecil tidak bisa melihat dengan jelas nama-nama yang berhasil lolos, ia menerobos kumpulan teman-temannya dan melihat hasilnya. Tanpa di sangka-sangka nama Ani Andriana berada di urutan pertama anak yang berhasil lolos beasiswa. Dia menangis dan berlari pulang memberi tahu ibunya 


"Ibu, aku lolos bu aku lolos". Ucap ani sambil berlinang air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun