Mohon tunggu...
Dian Septi Purnamasari
Dian Septi Purnamasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - writers and researchers

-0- |: Halcyon-Solitude-Petrichor connoisseur :| 🐨

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keserakahan adalah Kekerasan, Bagaimana Agama Memandang?

6 Mei 2021   07:00 Diperbarui: 6 Mei 2021   07:04 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/id_id/

Tulisan ini adalah bentuk respon saya terhadap tulisan dari Shanta Premawardhana "Methodological Challenges in Interreligious Dialogue on the Ethics of the Global Financial Crisis"

Keserakahan sebagai bentuk kekerasan sebagai judul dalam artikel ilmiah tersebut memang betul dan saya sangat setuju. Dalam kehidupan manusia yang menganut agama, bukan dalam bentuk pluralisme, semua agama di dunia ini tidak ada yang menganjurkan setiap umatnya untuk berbuat keburukan, akan tetapi sokongan-sokongan terhadap perilaku manusia untuk selalu berbuat kebaikan. Artikel tersebut, yang sangat kritik terhadap perilaku umat kristiani yang sangat serakah dan tidak memperhatikan golongan kaum miskin. 

https://www.canva.com/id_id/
https://www.canva.com/id_id/
Banyak pula menyinggung kaum kristiani yang bertuhan namun tidak memiliki rasa simpati dan empati terhadap golongan miskin, tidak memberikan solusi tetapi malah semakin berusaha untuk lebih menggali keuntungan untuk kelompok elit. Hal tersebut membuka pemikiran saya mengenai pemeluk agama dan akademisi ekonomi, bahwa kritikan keserakahan bukan hanya ditujukan kepada kaum kristian tetapi kepada semua agama. 

Agama semua di dunia ini secara gamblang telah mengajarkan kebajikan-kebajikan, Tuhan masing-masing agama juga menganjurkan dan memerintahkan setiap umatNya untuk berbuat, bekerja dan saling memberikan manfaat. Namun, dalam faktanya masing-masing umat masih belum bertuhan meski sudah beragama. 

Kristen dengan penebusan dosa, misa, Islam dengan zakat, sedekah, wakaf dan lainnya, buddha dengan kehidupan kesederhanaan dan masing-masing ajaran agama. Dengan adanya hal-hal tersebut mengapa masih saja sebagian besar atau lebih dari setengah umat manusia di dunia menderita, hidup di bawah garis kemiskinan?. Dimana letak dan peran agama dalam menangani hal tersebut?. 

Pertama, agama sejatinya memang tidak dapat dipisahkan dengan aspek kehidupan manusia, dakwah-dakwah yang ada dari para pemuka agama seharusnya tidak hanya bersifat peribadatan akan tetapi menyoroti aspek-aspek berkehidupan lainnya, seperti ekonomi dan politik. Dengan hal tersebut diharapkan para umat beragama cerdas dalam berkehidupan dan memiliki wawasan yang luas, karena beragama bukan hanya sempit soal beribadah secara ritual, akan tetapi bentuk ibadah itu sangat luas. 

Kedua, dalam hal yang melibatkan umat manusia secara umum dan sorotan tidak hanya kepada beberapa kelompok atau umat saja, maka sangat diperlukan dialog antar agama. Dialog antar agama untuk membahas bagaimana solusi untuk permasalahan perekonomian dunia, kemiskinan umat dan yang sangat penting adalah, pendefinisian kemiskinan. 

Apa makna atau definisi yang tepat untuk kata miskin?, kapan seseorang dikatakan miskin dalam pandangan agama?. Menurut saya, jika setiap agama masih memandang miskin adalah bentuk takaran atau ukuran dari materi financial maka itu bukanlah bentuk pandangan agama yang benar. Agama yang benar menurut saya adalah jika memandang kemiskinan sebagai keadaan suatu hamba yang tidak dapat beribadah atau hamba beribadah namun tidak khidmat kepadaNya. "Kesejahteraan atau kekayaan adalah di saat kita beribadah khusyuk kepadaNya tanpa memikirkan urusan dunia".

https://www.canva.com/id_id/
https://www.canva.com/id_id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun