Mohon tunggu...
Dian MuhamadFadillah
Dian MuhamadFadillah Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan, Penulis, Motivator

Menulis, Content Creator

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ujian Pahit Berbuah Manis

2 Februari 2024   23:40 Diperbarui: 2 Februari 2024   23:56 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.wikipedia.org/wiki/Hamka#/media/Berkas:Buya_hamka.jpg

 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Ayat ini adalah suatu kepastian skenario kehidupan, ketika kita memulai figthing  dengan memahami ayat diatas dalam menghadapi sulitnya kehidupan. Maka kemudahan pun akan cepat mendampingi si hamba. Selama kita yakin menolong makhluk, menebar manfaat, Maka Allah sebagai pemilik alam semesta akan menolong si hamba. Ayat ini juga menegaskan kepada kita bahwa jangan takut dengan setiap kesulitan yang akan datang. Karena kesulitan itu selalu diiringi dengan dua kemudahan. Keyakinan ini mengingatkan kita pada problema Buya Hamka ketika di Penjara, segala macam masalah, kekerasan, hinaan, cacian, namun setelah itu Allah kirimkan petunjuk kepada Buya Hamka untuk tidak terlalu berlarut dalam kesedihan, mencoba untuk menghilangkan kesedihan dengan melanjutkan karya Tafsir yang pernah ia mulai, tamat dalam jangka waktu dua tahun dari tahun 1964 sampai 1966 dan ini ditamatkan selama berada di Penjara. Sungguh sangat laur biasa, bagaimana beliau mampu merubah kegalauan, kesedihan, keterpurukan menjadi ladang keberkahan.

Pelajaran kisah yang terjadi pada Buya Hamka juga terjadi pada Nabi dan ulama-ulama terdahulu, seakan-akan menegaskan bahwa penjara bukan akhir dari segalanya. Salah satunya adalah Nabi Yusuf, bagaimana nabi Yusuf Alaihi Salam menghadapi cobaan yang sama yaitu dipenjara karena tuduhan fitnah yang menimpa beliau. Pean moral yang harus kita ambil di kisah Nabi Yusuf yang juga termaktub di ayat Al-Qur’an, Beliau Nabi Yusuf lebih memilih penjara dibandingkan dengan hidup mewah didalam istana, keteguhan beliau pada kebenaran. Setelah menerima bertubi-tubi cobaan, dari mulai dibuang kesumur oleh saudara-saudaranya, namun setelah keberuntungan menyertai beliau hingga ditempatkan di Istana Raja. Namun kehidupan di Istana membawanya pada cobaan kedua yaitu difitnah. Tapi setelah difitnah Allah berikan kemudahan selanjutnya, Allah berikan keburuntungan yang lebih luas lagi, hingga Allah mempertemukan Beliau Nabiyallah Yusuf dengan Ayahnya dan saudara-saudaranya lagi.

Barangkali kisah perjuangan tentang seorang Ulama besar, seorang mufassir besar yaitu Sayyid Qutub, meskipun jalan cerita yang berbeda namun alur skenario hampir sama, beliau juga di Penjara karena berbagai macam tuduhan, dituduh akan membunuh dan menjatuhkan kepemerintahan Mesir pada tahun 1955. Sayyid Quttub ditahan bersama para sahabat organisasinya yang lain, pada saat itu beliau ditahan selama 15 tahun penjara hinggga tahun 1964 dibebaskan. Selama di Penjara beberapa kitab ia menulis dan merevisi kitab tafsir yang fenomenal hingga zaman sekarang yaitu Tafsir al-Qur’an Fi Dilalil Qur’an  dan menulis beberapa kitab lainnya yaitu ”Hada al-Din” dan Mustakbal li Hada al Din yang menggambarkan kebulatan tekadnya bahwa Islam adalah ajaran illahi harus mampu merebut kekuasaan agar bisa mengatur segala aspek kehidupan.

            Dari kisah perjuangan Buya Hamka diatas, tentu saja membuat kita semakin sadar bahwa benarlah ayat “setiap kesulitan pasti akan diikuti kemudahan”. Setiap problema yang datang justru menjadi berita gembira bahwa akan ada berita gembira setelahnya, setiap masalah yang datang akan ada dua kemudahan yang membersamainya. Bahkan meskipun ia di Penjara, tak menghalangi semangat juangnya untuk menghasilkan karya. Meskipun bertubi-tubi siksaan, tak melunturkan prinsip keislaman dan aqidah beliau. Dan masih banyak lagi kisah yang patut diambil hikmah, yang bisa menjadi pecutan cambuk semangat bagi generasi milenial zaman sekarang.           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun