Perubahan sistem pendidikan ditandai dengan perubahan kurikulum. Kurikulum merdeka saat ini menekankan pada kemampuan siswa yang berbeda-beda. Artinya bahwa dalam proses pembelajaran, harus mengutamakan penghargaan terhadap siswa, baik dari keragaman karakteristik siswa, evaluasi seluruh potensi siswa dan yang lebih penting lagi mencintai siswa sepenuh hati. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum Merdeka menggunakan basis projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila. Projek ini dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.
Keterampilan berfikir tingkat tinggi penting dilatihkan kepada siswa melalui pembelajaran berdeferensiasi sesuai gaya belajar siswa. Seperti jika dua anak dalam satu kelas memiliki gaya belajar yang berbeda, maka tolak ukur atau cara penanganannya yang dipakai untuk menilai tidak sama. Secara umum, kemampuan berpikir merupakan klasifikasi kemampuan berpikir pada Taxonomi Bloom dalam Anderson dan Krathwohl yaitu kemampuan berpikir tingkat rendah atau low order thinking skill (LOTS), dan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order thinking skill (HOTS). Ciri utama keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis dan kreatif dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Discovery learning, menuntun peserta didik untuk menemukan pengetahuannya sendiri melalui penyelidiki secara sistematis dan logis. Penerapan discovery learning pada Materi Pencemaran Lingkungan terbukti dapat meningkatkan kemampuan peserta didik kelas VII A SMP N 1 Watukumpul dalam menjawab soal-soal HOTS dengan prosentase ketuntasan sebesar 85 %. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Desi Riska dkk yang berjudul "Peningkatan Kemampuan Berfikir Kreatif Melalui HOTS Dengan Model Pembelajaran Discovery Learning" bahwa Respon siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif melalui soal tipe HOTS dengan model pembelajaran dengan model discovery learning sebesar 76,18%. Hasil tersebut menunjukan bahwa respon siswa berada pada kriteria baik.
Selain itu, dengan metode pembelajaran deferensiasi peserta didik juga semakin antusias dalam proses kegiatan belajar mengajar. Guru mempersiapkan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) sesuai dengan gaya belajar peserta didik yaitu dengan LKPD audio, LKPD visual, dan LKPD kinestetik. Pada LKPD audio guru mempersiapkan video permasalahan pencemaran lingkungan, pada LKPD visual guru mempersiapkan artikel pencemaran lingkungan, sedangan pada LKPD kinestetik guru mempersiapkan LKPD berupa gambar-gambar pencemaran lingkungan.  Jadi pembelajaran ini sudah sesuai dengan apa yang di harapkan oleh pemerintah terkait kurikulum merdeka, bahwa peserta didik  belajar sesuai dengan gaya belajar yang ada pada peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H