Mohon tunggu...
Oedin Only
Oedin Only Mohon Tunggu... Administrasi - Pemberdaya dan Petani

Berkeseharian dengan Desa dan Petani | Berutinitas dalam Pemberdayaan Penyuluh, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha | Menyenangi Opini, Analisis dan Literasi | Ingin Berfocus Sebagai Penggiat Analisis Politik Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Berkelas Global | Juara I Lomba Blog KPK 2012

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Rapat Pejabat dan Pertemuan Petani

19 Januari 2024   14:35 Diperbarui: 19 Januari 2024   14:37 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyaksikan rapat pejabat, daya dukungnya sering membuat decak kagum. Ruangan yang megah nan nyaman, meja kursi tersusun rapi dan empuk, lantai yang bersih dengan sekian asesoris menyamankan mata, ada pendingin udara yang bikin suasana gak gerah, ruangannya bersih lagi harum. Belum lagi sound sistem yang memanjakan telinga dan membuat suara cempreng terdengar lebih aduhai. Konon suasana nyaman itu berpotensi bikin ngantuk (ada gak pejabat kalo rapat tidur ?)

Daya dukung pencahayaan yang ngena, selain itu juga alat bantu berupa LCD bahkan videotron, lebih memudahkan audience untuk menyimak dan menyeriusi bahan atau topik yang dibicarakan. Terus konsumsinya gimana ? paling tidak snack dan minumnya bermerk dan tak jarang berstandar. Seringnya ada makan siang paket komplit. Banyak yang beranggapan, sangat wajar suasana penyamanan itu. Ya karena yang dibicarakan, didiskusikan dan diperdebatkan menyangkut hajat orang banyak, seperti rapat anggota dewan yang terhormat.

Yang mengikuti rapat pun, umumnya orang-orang dengan pendidikan yang baik titel ada yang satu hingga lebih, dengan dandanan dan penampilan yang enak dilihat disempurnakan dengan aroma parfung wangi, kala berargumentasi mereka begitu runut dan mudah dipahami layaknya tutur orang terpelajar, kadang menggunakan istilah-istilah kelas tinggi yang baru dipahami setelah nyari via google, walaupun kadang ada juga ngotot dan main bentak-bentak.

Asyiknya kelar rapat dapat uang pengganti transport, minimal SPPD yang biisa dicairkan tunai atau via transfer ke rekening.  Lagi lagi wajar, mungkin yang hadir lokasinya jauh, atau karna faktor yang dirapatkan sangat berpengaruh dan memberi high impact, yang jelas selama ada dasar hukum/aturannya penggaran untuk hal itu adalah legal.

Semua daya dukung itu di rancang, dibangun, dibeli, dilengkapi melalui proses penganggaran, rapat anggaran melahirkan rincian per item berikut angka dananya.  Sumber dananya dari mana ? ya karna mereka melaksanakan rapat dalam kapasitas sebagai pejabat jelas, dananya dari lembaga yang dia jadi pejabat di situ baik level pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, hingga level terkecil desa.

Petani yang tergabung di kelompok tani dan gapoktan mestinya melaksanan rapat/pertemuan rutin. Membicarakan permasalahan sekaligus solusi yang dihadapi dalam kegiatan berusaha tani. Mulai perkara sarana produksi (seperti benih, pupuk, pestisida, dll), penyusunan rencana definitif kelompok, rencana definitif kebutuhan kelompok, tentang hama dan penyakit berikut teknologi pengendaliannya, teknologi pengolahan lahan, tanam, waktu tanam,  panen, pasca panen, pemasaran, alsintan, sarana jalan usaha, jaringan/saluran pengairan, termasuk ragam kebijakan sektor pertanian yang melingkupinya.

Memang bagi gapoktan dan kelompok tani yang sudah bagus dan jalan fungsinya, biasanya pertemuan dilaksanakan rutin, menggunakan dana kas. Bila gapoktan tidak punya usaha yang dapat memberi pemasukan bagi kas, maka dana kas akan keluar terus untuk membiayai rapat atau pertemuan.  Dulu ada Dana PUAP senilai 100 jt yang dipercayakan ke banyak gapoktan, namun hanya sebagian yang dananya bisa utuh dan berkembang, selebihnya tak ada kabar berita dan bila diungkit hanya menyiram emosi yang rawan tersulut.

Kami penyuluh pertanian dengan modal omongan dan relasi, sering hanya membahani, mendorong, memotivasi agar pertemuan/rapat dapat dilaksanakan. Biasanya petani mau kalau rapat untuk sesuatu yang sangat urgen, misal rapat pembagian pupuk, benih, pestisida, dll, atau rapat membicarakan program dari dinas yang mereka sebagai pelaksana. Selain hal itu, masih sedikit petani ditempat kami yang berkenan mengadakan rapat.

Bagaimana rapat petani di tempat kami ? Tempatnya kadang di rumah salah seorang anggota, disamping gudang, dan tak jarang di samping sawah atau kebun. Beralaskan terpal, duduk berhadap-hadapan, kadang melingkar, lesehan ada yang duduk bersila, duduk tahiyat, jongkok, ada yang duduk selonjor, penerangannya kalo di lahan ya mengandaalkan cahaya matahari, tanpa microphone, tanpa lcd, hanya mengandalkan sepoy angin siang menyejukkan diri, kalo hujan ya pada merapat. Kadang yang hadir ogah ngenakan baju, mungkin gerah, sebagian ngisep rokok dan itu dirasa beliau memberi kedamaian. Aroma harum, boro-boro, Cuma kami terbiasa aroma kadang memendar aroma bangkai tikus busuk habis diumpan, kadang aroma amoniak dari karet yang dibekukan, kadang juga aroma kotoran hewan yang belum masak, berbaur aroma peluh para pejuang keluarga yang baru membanting tulang di sawah atau kebun. Sering terdengar tepak tepok sebagai gerakan membunuh nyamuk yang hausnya keubun-ubun.

Konsumsinya, ya kue atau gorengan harga seribu, minumnya air mineral harga 22 ribuan 1 dus, makannya bareng-bareng, kadang di rolling biar semua peserta terasa. Kadang juga ketika berlangsung ada petani yang berapi-api merespon materi, ada yang hanya senyum-senyum, ada yang memilih ikut pendapat kebanyakan, ada juga yang lebih nyaman dengan diam. Kadang ngotot-ngototan namun setelahnya ketawa cekikan karna guyon Dari mana sumber dana rapat petani, kadang sumbanagan sukarela anggota yang tempatnya dijadikan lokasi rapat, kadang patungan 3 ribu rupiah, 2 gelas air mineral 2 biji kue. Kalo orangnya 10 yang hadir perlu 30 ribu rupiah, sekali pertemuan, dan luar biasanya para pejabat itu keberatan membiayai.  Padahal rapat maupun pertemuan petani itu adalah wadah untuk belajar-mengajar.  Tapi itulah realitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun