Mohon tunggu...
Oedin Only
Oedin Only Mohon Tunggu... Administrasi - Pemberdaya dan Petani

Berkeseharian dengan Desa dan Petani | Berutinitas dalam Pemberdayaan Penyuluh, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha | Menyenangi Opini, Analisis dan Literasi | Ingin Berfocus Sebagai Penggiat Analisis Politik Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Berkelas Global | Juara I Lomba Blog KPK 2012

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Bahan Bakar Asal Pilih, Awas Motor Menguras Gaji

14 Januari 2019   22:00 Diperbarui: 14 Januari 2019   22:00 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak asyik banget kan ketika lagi enjoy-enjoynya naik motor, tahu-tahu mesinnya ngadat, sejurus kemudian mati?  Bengkel jauh dan kamu harus dorong, keringatan dan letih pasti.  Setelah diperiksa ternyata bagian saluran karatan, karburatornya karatan, penyedotan bensin oleh mesin motor dua takmu terhambat.  Padahal tiap bulan servis rutin. Pastinya, mengalami kejadian demikian bikin dongkol dan kesal.

Banyak dari pengendara motor, masih asing itilah kompresi.  Padahal pengetahuan ini penting.  Dengan tahu besar kompresi motor kita bisa mengetahui bahan bakar apa yang cocok.  Kompresi adalah tekanan yang terjadi dalam silinder mesin, ketika motor digas piston menekan bahan bakar dan udara, sehingga menghasilkan energi.  

Dilansir dari kompas.com (07/12/14) Yusworo Setyo Winoto, Guru teknik sepeda motor SMKN 3 Bondowoso, menjelaskan untuk motor dengan kompresi 9 : 1 cocoknya menggunakan premium, untuk kompresi 9,2 : 1 bagusnya menggunakan pertamax, dan kompresi 9,5 : 1 lebih oke menggunakan pertamax plus. Ditambahkan olehnya sebelum menentukan jenis bahan bakar, pemilik motor mestilah mengerti tentang motornya terutama berkaitan dengan kompresi.  Motor keluaran terbaru umumnya memiliki kompresi di atas 9, 2 : 1

Tak sedikit pengguna motor memiliki persip, memilih bahan bakar murah supaya dapatnya lebih banyak dan hemat.  Dibanding bahan bakar lain, premium menduduki urutan bahan bakar termurah. Namun bahan bakar ini punya sifat mudah terbakar, sebelum sampai busi pembakaran sudah terjadi, akibatnya pembakaran menghasilkan sisa, sisa inilah yang menyebabkan kerak pada silinder, kerak ini menyebabkan silinder kotor dan fungsinya terhambat sehingga kinerja mesin tidak optimal.

Bisa dibayangkan bila motor dengan mesin injeksi menggunakan premium, lubang injeksi yang disebut noksel berfungsi menyemprotkan bahan bakar mudah kotor, dan tersumbat oleh karat karena tidak sempurnanya pembakaran premium.  Selain problem pembakaran yang tak sempurna, ternyata premium juga menimbulkan efek polusi akibat timbal yang sangat membahayakan kesehatan.

Noksel yang tersumbat menyebabkan performa mesin menurun dan menyebabkan motor ngadat.  Problem demikian tak bisa penanggulangannya ke servis biasa, harus diupayakan ke service resmi dan tentu harus mengeluarkan biaya yang lumayan.

Pertimbangan demikian menyebabkan penulis, selalu berupaya menggunakan pertamax sebagai bahan bakar Supra X injeksi.  Selain keunggulannya yang dapat merawat dan mengoptimalkan kinerja mesin, anti polusi, ternyata menggunakan pertamax menyebabkan suara mesin terdengar smut.

Harga pertamax per liter Rp 10.200,- biasanya setiap kali ke pom bensin saya ngisi 20.000, supaya genap dan mudah perhitungannya. Tak sampai 2 lt memang, tapi seringnya cukup untuk penggunaan motor 2-3 hari.  Memepuh jarak 50 Km/hari dengan aktivitas ngantar anak sekolah dan bekerja. Hal ini sangat membantu dalam memetakan budget yang harus dikeluarkan untuk motor saban bulannya, untuk servis rutin, ganti oli dan bahan bakar.

Saya kapok pengalaman sebelumnya dan pengalaman pemilik motor lain, motor sering mogok, akibat karat menyumbat jalur bahan bakar.  Karena mogok itu, harus bolak balik bengkel dan mengeluarkan biaya lumayan diluar alokasi.  Sangat tak menyenangkan, bila gaji justru dikuras oleh motor yang mogok akibat asal pilih bahan bakar.

Semoga dengan tulisan ini kita bisa lebih bijak memilih bahan bakar, sehingga gaji tidak melulu digunakan untuk servis motor, tapi justru dapat dimanfa'atkan untuk hal lain yang lebih produktif dan mengindahkan masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun