Mohon tunggu...
Oedin Only
Oedin Only Mohon Tunggu... Administrasi - Pemberdaya dan Petani

Berkeseharian dengan Desa dan Petani | Berutinitas dalam Pemberdayaan Penyuluh, Pelaku Utama dan Pelaku Usaha | Menyenangi Opini, Analisis dan Literasi | Ingin Berfocus Sebagai Penggiat Analisis Politik Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Berkelas Global | Juara I Lomba Blog KPK 2012

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selemah-lemahnya Perhatian

20 Maret 2016   07:08 Diperbarui: 20 Maret 2016   08:49 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hentikan mengeluh dan berbuatlah.  Janganlah menyalahkan keadaan.  Tapi carilah penyebab keadaan yang tidak diingini itu lahir.  Mulailah positifi diri dengan memvalidkan problem lalu mengerahkan power untuk solusi.  Tak baik juga, bila hanya focus pada masalah tanpa berani keluar dari zona itu untuk menjemput solusi.  Tak bagus juga sibuk dengan solusi padahal problem utama belum jelas dipahami.  Bila tak banyak hal baik kita temukan pada diri mereka yang diteladan, maka nasehatilah dan do’akan karna hanya itu wajib-mu, selebihnya berusaha dan bersemangatlah meneladan diri sendiri agar nyaman dan tenang hidupmu.

Kawan, tak sehat kiranya bila setiap bertemu kita saling mengumbar problem masing-masing, tanpa mengumbar solusi cespleng dari problem itu.  Tak normal kiranya bila memandang bahwa dengan problem itu kitalah manusia paling nista, untuk alasan itu kita selalu minta difahami, kita selalu minta dimengerti.  Sudikah kita bila berlama-lama pada keadaan berulang, seperti ini lagi…seperti ini lagi…, maukah kita atau beranikah kita untuk memulai, memulai menggeser posisi bisa dari min menuju nol, dari nol menuju ¼, dari nol menuju ½, dari nol menuju 1,10,100,1000 dan menuju banyak nol-nol dibelakang satu. Itulah makna kita bertumbuh, dan kualitas pergeseran itulah makna kita berkembang.

Kawan, janganlah muka manyun itu kita suguhkan untuk problem kita, biarlah senyum indah kita sajikan setiap bertemu.  Biarlah kemanyunan itu kita tujukan pada Allah, dengan segala nista,sesal,dan harap kita bawa.  Sempatkanlah merenung dan bicara dengan hati, apa arti semua ini,yang kadang dating kadang hilang, kadang berganti kadang kembali. Apa arti ragam amal baik sering kita lisankan, kita tontonkan, tidakkah kita takut rusak nilainya.  Berlindung kita pada Allah dari ragam tidak baik itu.

Sudahkah kita bekerja untuk Himmah dunia dan Himmah akherat kita, sudahkah saya dan anda memantaskan syarat-syarat yang diperlukannya.  Takutlah kita, kala meninggalkan Allah dalam setiap hal baik itu.  Mintalah dengan kesungguhan pada-NYa, bila Kabul tertunda, ulangi dan mintalah lagi.  Berlelah-lelah adalah proses dalam menempa.  Betapa pun kerasnya besi, kala dia dipanaskan ditempa dengan kuat, dibentuk lalu diasah maka indah dan tajamlah ia.  Sudahkah saya dan anda melakukan itu untuk hati kita, hati yang bisa memutih dan memekat jasad.

Jangan, jangan pernah menggemukkan masa bodoh itu, jangan layani rakusnya biarkan dia merengek-rengek, cuekin saja! Hingga masa bodoh itu lelah menjajah saya dan anda.  Sungguh bila kita, dengan keadaan kita belum mampu mengurangi atau menghilangkan beban sahabat kita setidaknya kita jangan terlupa memikirkan dan mendo’akan keadaan baik untuknya.  Menurut saya, itulah selemah-lemah perhatian.

Jangan pula kita men”comberankan” hati kita dengan penilaian atau persepsi yang kita sendiri tidak punya hujjah membenarnya, teliti dan dalami fakta, adalah jalan mengambil simpulan yang baik. Sungguh sahabat yang banyak problem, adalah sahabat yang syaraf dan urat-urat mukanya kaku, hal itu menjadikan darah tak lancer beredar, hingga lahirlah ketidaksedapan di wajahnya. Sebagai sahabat, berilah rezky Allah padanya, walaupun rezky itu hanya sekedar kalimat-kalimat penghibur dan penyemangat, dan jangan lupakan selalu pikirkan dan do’akan kebaikan untuknya.

Kawan, saya menulis ini untuk mengingatkan diri saya, yang belum banyak berbuat apa-apa, sementara saya menuntut lebih untuk sahabat dan saudara-saudara saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun