penulis. Hanya saja masyarakat tak terbiasa membaca yang kesannya sangat panjang padahal latar belakang eduwisata agar pengunjung kaya informasi. Serta kuat dalam pemahaman disiplin ilmu dengan konsep tematik. Mengenal tanaman di Kebun Raya Bogor agar kita mengerti bahwa yang dimaksud sekolah tidak selalu belajar di dalam dinding berlantai tiga.Â
Telah banyak aksara bertebaran di sekitarPada prakteknya pengunjung yang lalu lalang seolah-olah mengabaikan papan petunjuk informasi yang kaya literasi beda halnya dapat dorongan hadiah dari sebuah perlombaan seperti sayembara menulis tentang suatu tempat, atau lomba vidio creatif yang mengenalkan tempat wisata sampai kebutuhan menulis laporan hasil kunjungan tematik untuk syarat mendapatkan nilai mata pelajaran.
Di  Bogor Kota, Penulis menikmati akhir pekan wira wiri menuju Kebun Raya Bogor menghabiskan waktu dengan seni memperlambat diri. Dengan memulai  menggunakan comuniter line lalu berjalan kaki menuju lokasi. Kemudian membiasakan membaca petunjuk jalan, papan informasi mengenai tanaman apa saja yang ada di Kebun Raya Bogor.Â
ketika baru saja sampai Stasiun Bogor Penulis disambut dengan rekaman musik daerah terlintas suasana yang sering diputar di acara Resepsi pernikahan dengan tema adat sunda membuat penulis berpikir apa maksud dan tujuan? Stasiun Bogor memutar musik tersebut. Mungkin saja sebagai bentuk membumingkan kepada generasi masa kini yang menjadi bagian warga dunia (global citizen) dampak dari globalisasi.
Masih berada disekitar Stasiun Bogor Penulis menghampiri Kios yang menawarkan kuliner khas bogor seperti kue brownis yang terbuat dari talas dimana tanaman talas tumbuh subur di kota yang dijuluki Bogor Kota Hujan. Nama Merek Kuenya juga diambil dari cerita rakyat yang sudah melegenda seperti sangkuriang dan sliwangi.Â
Keluar dari Stasiun Bogor Masuk ke arena Alun-alun kota Bogor sungguh pemandangan yang meriah dimana ruang publik menjadi tempat titik temu dari sisi ekonomi pun Banyaknya transaksi antara Pembeli dan penjual mulai menjual kue gemblong hingga asinan buah pun turut menyambut siapa saja yang menikmati liburan dengan budaya jalan kaki
Hingga waktu menuju malam perjalanan dilanjutkan ke suryakencana dimana tempat legendaris mulai dari kuliner hingga kampung pecinan. Tidak cukup sampai di surya kencana kami berjalan ke kawasan pasar lalu tiba di Museum tanah dan pertanian hingga bermuara di Museum zoologi bogor tidak lupa banyak papan pengumuman yang mengenalkan apa itu Bogor Berlari?ada juga Simbol Senjata kebanggaan masyarakat bogor yang bersuku sunda yaitu Tugu Kujang.
Kendati demikian, selama semua bangsa mengenal identitasnya sendiri maka rasa tumbuh bangga pada kampung halaman akan selalu terpancarkan mulai dari julukan bogor berlari dimana trotar yang lebar, suhu yang sejuk, tanaman yang rimbun. siapapun akan menikmati berjalan kaki hingga polusi udara berkurang karena kurangnya kendaraan pribadi serta tidak lagi ada stigma bahwa orang yang berjalan kaki bukan berarti orang yang tak mampu membeli kendaraan roda empat.
Namun orang yang telah terbangun budaya hidup sehat dengan membiasakan berjalan kaki dalam rutinitas maka akan ada transaksi antara pedagang hingga terjalin lintas komunikasi sesama warga apalagi bila dimulai dari para pemangku kepentingan yang turun gunung dari menara gading yang membiasakan berjalan kaki atau naik angkutan umum entah menuju kantor atau menuju suatu tempat dalam rangka kunjungan kerja
Hingga terlintas dalam alam pikiran masyarakat teringat bahwa pemangku kepentingan sudah memberikan teladan dengan membiasakan hal-hal yang remeh temeh. terbang tenggelam di tengah-tengah masyarakat. ditambah Tidak hanya saat ada Event berlari saja ada bersama peserta.Â
Namun dalam olahraga sehari-hari pun memang konsisten berada bersama-sama warga tidak ada jurang pemisah bahkan menjadi hal remeh temeh itu untuk membangun komunikasi dalam rangka curah pendapat yang berkaitan kebijakan publik yang berpihak kepada kebutuhan civil society