Mohon tunggu...
heri af
heri af Mohon Tunggu... Dosen - Traveller- visual design n art

Dosen Fotografi dan Dkv, Mahasiswa aktif pasca sarjana magister ilmu komunikasi, Ketua Alumni SR, Sekjen Alumni Pecinta Alam SMA, Mantan pekerja tv, kontributor foto komersil, konten kreator dan penggiat sosial. I'm a postmodernism, skuteris and i dream journey to pacific crest trail and rest to Andorra...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Parallax (9) Still Life

28 Agustus 2021   20:37 Diperbarui: 7 September 2021   22:13 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Iya pah, Kita sekarang sudah di hotel, besok Kita pulang" Irish pelan menjawabnya.

"Iya jangan sampai Papah kirim Edo ke Jogja!" Hardik papahnya.

Selanjutnya semalam di hotel Irish hanya bisa menangisi kekangan papahnya sekaligus trauma terhadap kejadian gempa tersebut.

 Begitu ia membuka pintu rumahnya, sebuah suara tegas membuat dia terdiam. "Papah mau kamu duduk dulu.!!"

Ibunya disebelah Papahnya lalu mengelus rambut Irish. "Alhmadulillah kamu gak kenapa-kenapa sayang!"

Irish tersenyum kepada mamahnya namun sedetik kemudian ia menunduk takut.

"Papah bersyukur kamu selamat dari gempa Jogja itu. Namun papah tidak suka kalau kamu mengambil resiko dalam hidup.." Papah memandang begitu dalam. "Kita hanya memilik kamu sayang..."

"Iya pah, Irish mengerti..." setetes air mata jatuh dari pipinya.

"semester depan kamu keluar dari kampus itu, kamu akan papah pindah kan ke luar negeri." Papahnya menegaskan lagi keinginannya. "Papah ingin kamu yang meneruskan Lawyer Kita. Nanti Edo yang akan bantu papah menjaga kamu di Eropa sana. Papah percaya dia, karena papah nanti ingin kamu menjadi istri Edo."

Irish menangis dalam diam. Ia ingat Bayu dan Kana, dua sahabatnya yang baru ia miliki. Namun ia juga ternyata mulai menemukan sesuatu yang berbeda kepada Kana. Mungkin Irish mulai jatuh hati. Jatuh hati pada keteguhan sikap, kesetia kawanan dan kesederhanaan Kana. Meski Kana cuek, Irish melihat Kana memperhatikannya dalam ketidak perhatian.

Rasanya campur aduk dan malam semakin kelam. Irish semakin terbenam dalam bantal yang tergenang air mata dan rasa tak tentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun