Mohon tunggu...
heri af
heri af Mohon Tunggu... Dosen - Traveller- visual design n art

Dosen Fotografi dan Dkv, Mahasiswa aktif pasca sarjana magister ilmu komunikasi, Ketua Alumni SR, Sekjen Alumni Pecinta Alam SMA, Mantan pekerja tv, kontributor foto komersil, konten kreator dan penggiat sosial. I'm a postmodernism, skuteris and i dream journey to pacific crest trail and rest to Andorra...

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Taliban, Antara Kekuasaan Otoriter dan Keberagaman Suku

21 Agustus 2021   13:43 Diperbarui: 24 Agustus 2021   10:27 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo RNW.org @flickr.com

Afghanistan adalah wilayah yang strategi meski secara geografis diapit oleh pegunungan dan tentunya tidak memiliki garis pantai. Perbatasan Afghanistan bersinggungan dengan Tan lainnya seperti Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan dan Pakistan. Juga berbatasan dengan Iran serta China.

Tidak heran dalam percaturan politik di Afghanistan, negara-negara tersebut turut mempengaruhi stabilitas negara tersebut. Ingat bahwa China sudah lebih dulu menjalin kerja sama dengan Taliban paska kemenangan mereka merebut Istana dan Kota Kabul.

China berkepentingan karena berdasarkan sejarah jalur sutra pada abad pertengahan yang menghubungkan tiongkok dengan Eropa Timur dimana Afghanistan merupakan  bagian dari jalur tersebut.

Afghanistan adalah negara dengan multi etnis. Suku suku yang ada di Afghanistan dihuni oleh 42.1% suku Pashtun,  33.6% suku Tajik, 10.6% suku Uzbek, 9.8% suku Hazara dan 3.9% suku lainnya yang terdiri dari Aimaq, Turkmenistan, Baloch, Pashai, Nuristani, Gujjar, Arab, Brahui, Qizilbash, Pamiri, Kirgistan, Sadat dan lain-lain.

Secara pemerintahan, Afghanistan dibagi dalam 34 provinsi. Presiden Ashraf Gani memerintah karena dukungan dari pihak Amerika dan sekutunya sehingga menjadi kontra bagi suku Pashtun dan Taliban.  

Suku Pashtun sebagai mayoritas seringkali menguasai Afghanistan, terakhir kali mereka menguasai adalah di tahun 1996-2001. Afganistan pernah menjadi negara yang damai pada waktu pemerintahan Zahir Syah selama empat puluh tahun sejak 1930. Masyarakat Afghanistan saat itu berkembang secara modern.

Baru pada tahun 1970-an, serangkaian kudeta diikuti dengan serangkaian perang sipil menghancurkan sebagian besar Afganistan. Sejak itu Afghanistan menjadi wilayah bergejolak yang paling berbahaya.

Bagaimana Taliban bisa memenangkan lagi come backnya kali ini  ?

  • Taliban adalah bagian dari suku Pashtun sebagai suku mayoritas dibanding suku-suku lain di Afghanistan.
  • Suku Pashtun sudah teruji dalam perang mengusir Uni Soviet dan menggangu Amerika selama pendudukan.
  • Adanya militansi prajurit taliban dalam menguasai berbagai kota penting sementara pemerintah Afghanistan ketika ditinggal Amerika langsung down.
  • Suku-suku minoritas tidak bersatu padahal jika mereka bersatu kekuatan mereka bisa mengimbangi Taliban.

Kemenangan Taliban yang dikhawatirkan adalah adanya etnis cleansing terhadap suku minoritas, membatasi peranan perempuan dan berbagai produk hukum mereka yang sangat keras.  Pucuk pimpinan Taliban menjanjikan akan berlaku damai terhadap warga, namun kenyataannya banyak peristiwa yang mulai terjadi dan berseberangan dengan janji yang diberikan. Namun sesungguhnya di beberapa tempat Taliban mendapatkan perlawanan.

Jadi meski saat ini Taliban berkuasa di puncak, sampai kapanpun Afghanistan akan selalu menjadi medan pertempuran antar suku jika tidak ada konsensus nasional yang diprakarsai para pemimpin suku di mana setiap suku harusnya bisa menghargai dan mentoleransi keberagaman suku dan kebersamaan di antara suku-suku bagi kepentingan dan kemajuan Afghanistan bukan kepentingan suku atau kelompok tertentu.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun