Mohon tunggu...
DIALOG JALANAN
DIALOG JALANAN Mohon Tunggu... Editor - Penulis dan Dramawan

Acara Talk Show dan Berita Sastra

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Ulasan Kematian Tokoh Adipati dan Rindiyani dalam Pentas Teater Seruling Santri

7 Januari 2025   14:42 Diperbarui: 7 Januari 2025   14:42 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Rindiyani vs Chou Fang - Dok Komite Teater & Film YBHB

Foto Rindiyani vs Chou Fang - Dok Komite Teater & Film YBHB
Foto Rindiyani vs Chou Fang - Dok Komite Teater & Film YBHB

Dalam Novel Jemari Jingga karya Arief Akbar, Bsa menjelaskan konsep relativitas rasa sakit dan kesenangan. Dijelaskan bagaimana apa yang tampak bagi sebagian orang sebagai tragedi dan penderitaan mungkin, melalui kesadaran yang lebih dalam, dianggap oleh orang lain sebagai kenikmatan tertinggi atau pengalaman spiritual yang mulia.

Teks ini menghubungkan dua narasi monumental: pada tragedi Imam Hussein di Karbala dan penyaliban serupa dengan Kristus.

Dari perspektif manusia biasa (manusia pada umumnya), peristiwa-peristiwa ini tampaknya sarat dengan rasa sakit dan penderitaan yang tak tertahankan. Namun, dari perspektif Hussein atau yang serupa -- mereka yang telah mencapai tingkat keintiman tertinggi dengan Allah -- pengalaman seperti itu sangat memungkin mewakili puncak kebahagiaan dan kepuasan. Ini karena mereka mewujudkan pemenuhan penuh misi ilahi dan pengorbanan untuk prinsip-prinsip ilahi dan nilai-nilai surgawi. Oleh karena itu, terlepas dari kekuatan dan kesulitan mereka, mereka dianggap indah.

pemahaman yang mendalam ini juga diwujudkan oleh Siti Zainab (saw) selama dialognya dengan Ibnu Ziyad, semoga kutukan Allah atasmu.

Ibnu Ziyad bertanya kepadanya, "Bagaimana kamu menemukan apa yang Allah lakukan terhadap saudaramu dan keluargamu? "
Zainab menjawab, "Aku tidak melihat apa-apa selain keindahan. Mereka adalah orang-orang yang telah ditentukan Allah kematian, dan mereka pergi ke tempat istirahat mereka.
Allah akan mengumpulkan kamu dan mereka bersama-sama, dan kamu akan dihakimi dan dipertikaikan. Lihatlah siapa yang akan menang pada hari itu. Semoga ibumu berkabung untukmu wahai anak Marjanah "

Arief Akbar, Bsa kemudian memberikan contoh sederhana dan akrab untuk menggambarkan gagasan ini: pahitnya kopi. Bagi sebagian orang, kepahitannya tidak dapat diterima, tetapi bagi mereka yang sudah terbiasa meminum dan menikmatinya dengan kesadaran dan kenikmatan, kepahitan ini menjadi sumber kesenangan. Anogy ini mempermudah konsep, menunjukkan bahwa seseorang dapat melampaui tampilan rasa sakit yang dangkal untuk memahami dimensi yang lebih dalam di mana rasa sakit berubah menjadi pengalaman yang kaya yang menyehatkan jiwa.

Teks ini menyampaikan bahwa arti sebenarnya dari peristiwa tidak dipahami melalui penampilan lahiriah mereka saja tetapi melalui kesadaran yang mendalam dan niat di belakangnya.

Pengorbanan besar yang mungkin tampak bagi kita sebagai penderitaan murni adalah, pada kenyataannya, puncak keindahan spiritual dan manusia bagi mereka yang memahami tujuan dan niatnya---yaitu, para sahabat Allah, kedamaian dan keberkahan bagi mereka.

Renungan Puisi untuk kematian Rindiyani dan Adipati:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun