Savitri difitnah dan dijebloskan ke dalam penjara oleh sahabatnya sendiri Ningsih bersama suaminya Hadi Suryo dibantu tokoh Pratiwi yang juga merupakan sahabatnya di Srikandi Kanvas.
Mendengar kabar ibunya di penjara 10 tahun tanpa keadilan yang memihaknya, Algor putra Savitri segera kembali ke kampung halamannya dan menuntut keadilan dengan menggelar sidang Peninjauan Kembali atau PK. Melalui proses yang cukup panjang, akhirnya keadilan berpihak pada Savitri ketika Majelis Hakim yang diketuai Dedie A Rachim membebaskan Savitri dari segala tuntutan dan vonis atas dakwaan pada sidang sebelumnya di pengadilan negeri memicu para penonton bersorak gembira atas putusan bebas tanpa syarat oleh majelis hakim PK.
Naskah Drama besutan karya Arief Akbar Bsa ini telah 3 kali dipentaskan. Pentas Maling Sandal 1 sukses digelar di kota Pekalongan, sedangkan yang kedua digelar di kota Bekasi. Keduanya melibatkan para pelajar dan pejabat setempat untuk bermain teater bersama dalam satu panggung mengemas konsep sama persis dengan gelaran Maling Sandal 3 yang mengedepankan harmonisasi pejabat dan para pelajar bermain bersama seni teater.
Tak dipungkiri dari sisi penggarapan instalasi panggung dan etnik artistiknya oleh team kreatif dapat memberikan inspirasi imajinatif bagi penonton untuk lebih dalam lagi menikmati sajian teatrikalnya. Kesan realis yang dibalut absurdisme cukup menguatkan pesan yang tersirat jika bukan persoalan penderitaan sang tokoh utama saja melainkan banyak pula ungkapan dalam acuan penyampaian filosofi atmosfir kebahagiaan yang tersembunyi dibalik sisi derita Savitri sebagai ikon/jargon disetiap gelaran teater Maling Sandal.
Saat kami telisik lebih dalam lagi perihal penempatan konotasi sebuah lukisan milik Savitri yang sejatinya adalah bagian dari kisah Ranggita dalam novel Jemari Jingga karya Arief Akbar Bsa, tak lain adalah wujud dari penggambaran sosok yang tertuang dalam lingkup literatur analitik sebuah karya yang berjalan.
"Jemari Jingga tak akan bisa dipentaskan dramaturgi jika tak ada karya Maling Sandal hingga 10 kali, karena setiap helatan MS akan menghasilkan 1 lukisan sandal dimana dari 10 lukisan sandal inilah berkisah alur cerita perjalanan Purwadana mencari keberadaan Ranggita yang secara jasad belum terbentuk kecuali dengan mengumpulkan 10 unsur yang terkandung di dalam lukisan Savitri tersebut,"Â jelas penulisnya.
"Dapat kami simpulkan bahwa bentuk dramaturgi Jemari Jingga adalah naskah Ruh sedangkan jasadnya adalah 10 lukisan sandal milik Savitri tadi itu, lalu apakah bisa naskah jenis ruh dapat dipentasikan? tentu harus ditemukan dulu jasad dan ruhnya sehingga keduanya terbentuk nyata maka hal itu memungkinkan untuk bisa dipentasikan," imbuhnya.
Direncanakan setelah Maling Sandal 3, MS 4 Â akan dipinang dan digelar di kota Cianjur menurut informasi yang kami peroleh dari penyelenggara YBHB.
Pen --- Radit Indragunawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H