[caption id="" align="alignleft" width="328" caption="NED virus politik atas nama demokrasi"][/caption] Siapa bilang Hosni Mubarak tumbang dari tampuk kepresidenan karena murni gerakan swadaya dari masyarakat Mesir. Mau bukti? Pada April 2011, muncul satu artikel di The New York Times bertajuk US Groups Helped Nurture Arab Uprisings. Yang menarik dari artikel tersebut, bahwa beberapa kelompok dan perorangan yang kemudian terkenal sebagai para penggerak Aksi Demonstrasi yang popular dengan sebutan the Arab Spring yang melanda Afrika Utara dan Timur Tengah, termasuk Mesir pada 6 April 2011, ternyata mendapat bantuan pelatihan dan dana dari International Republican Institute/IRI (organ sayap partai Republik AS) dan National Democratic Institute/NDI (yang merupakan organ partai Demokrat AS). Begitulah. Beberapa organ mata-rantai jaringan di Washington yang mendapat bantuan pelatihan dan dana tersebut antara lain Alliance of Youth Movement dari Mesir, The Bahrain Center for Human Right, dan para aktivis kepemudaanYaman yang tergabung dalam Entsar Qadhi. Sekadar informasi. IRI dan NDI sejatinya merupakan organ yang terikat dalam hubungan yang bersifat longgar dengan dua partai besar Amerika Partai Demokrat dan Partai Republik, yang dari segi kepentingan strategis luar negeri sejatinya sama saja sasaran strategisnya. Yaitu menguasai secara geopolitik semua sumberdaya dan kekayaan alam di kawasan Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin dan Asia. Kedua partai cuma beda metode dan modus operasinya saja. Baik IRI maupun NDI dibentuk oleh Kongres Amerika(DPR) dan dibiayai secara rutin oleh National Endowment for Democracy (NED). Adapun NED itu sendiri dibentuk pada 1983 dengan tujuan sebagai penyalur pemberian gran dalam rangka mempromosikan demokrasi di negara-negara berkembang. NED itu sendiri tiap tahunnya mendapat bantuan dana rutin sebesar 100 juta dolar Amerika dari Kongres Amerika. Nah jelaskan. Jadi kalau pun gerakan menumbangkan Hosni Mobarak atau Ben Ali dapat bantuan dari IRI, NDI dan NED, sejatinya pemerintah dan DPR Amerika juga merestui pelengseran kedua presiden yang dulunya pun binaan Amerika juga. Selain NED, ternyata gerakan-gerakan demo pelengseran Mubarak ini juga dapat bantuan dari The Freedom House. Hanya saja, The Freedom House lebih banyak dapat dana bantuan dari Departemen Luar Negeri AS. Kalau menelusur kembali artikel Toni Cartaluci, The US Engineered "Arab Spring": The NGO Raids in Egypt, persiapan gerakan sudah disusun sekitar tiga tahun sebelumnya. Dan diselenggarakan di luar negeri seperti Serbia dan Washington. Pada 2008, beberapa aktivis gerakan dari Mesir berkumpul di New York, untuk meresmikan berdirinya Alliance of Youth Movement(AYM). Rupanya inilah kendaraan bagi Amerika untuk memobilisasi gerakan masyarakat sipil di Mesir, kelak ketika situasi dirasa cukup matang untuk menggelar gelombang demo pelengseran Mubarak. Melalui AYM inilah, beberapa elemen strategis di Washington mulai memberi pelatihan pada para aktivis dan motor penggerak aliansi ini, sekaligus juga membantu perluasan jaringannya secara internasional. Bayangkan, melalui AYM ini pula para aktivis dan penggeraknya diberi akses langsung untuk menjalin koordinasi dengan Departemen Luar Negeri AS. Khususnya dengan James Glassman, Pembantu Menlu AS bidang Publik Diplomasi dan Public Affairs. Bahkan juga dengan Jared Cohen, staf perencanaan kebijakan Deplu AS. Temuan menarik lainnya, pada 6 April 2010, para aktivis AYM berangkat ke Serbia, untuk dapat pelatihan dari sebuah lembaga yang didanai oleh Amerika bernama CANVAS, yang ternyata dulunya bernama OTPOR. OTPOR ini tercatat pernah memainkan peran membantu penggulingan Presiden Serbia Slobodan Milosovic pada 2000. Dan OTPOR ini ditengarai mendapat bantuan dana jutaan dolar Amerika dari Amerika. Yang tentunya sumbernya dari beberapa korporasi sektor strategis di Washington. Nah, CANVAS inilah yang rupanya ditugasi untuk membantu operasi politik penggulingan beberapa presiden seperti di Tunisia, Mesir, lain lain. Mereka yang dilatih dengan bantuan dari CANVAS ini tidak saja dari Mesir melainkan juga dari Syiria, Tunisia, dan Lebanon, Setelah selesai pelatihan, mereka kembali ke Mesir, dan menjalin aliansi strategis dengan Mohammed ElBaradei, Ketua Badan Atom dan Energi Internasional(IAEA). Karena selentingan kabar waktu itu, ElBaradei berniat ingin mencalonkan diri sebagai presiden. Yang kemudian membentuk National Front for Change. Melalui ElBaradei inilah, kemudian bergulir untuk pertama kali The Arab Spring. Fakta lain yang memperkuat adanya rencana sistematis bantuan asing terhadap pengguligan Mubaraka adalah, berita dari kantor berita Perancis AFP bahwa Deplu AS sendiri mengaku bahwa mereka telah mengalokasikan anggaran 50 juta dolar AS dalam dua tahun terakhir untuk membantu para aktivis masyarakat sipil Mesir untuk pengembangan teknologi-teknologi baru agar mereka terhindar dari hukuman dan penahanan para aparat keamanan Mesir. Singkat cerita, mereka inilah sumbu penyulut dari yang kemudian terkenal dengan The Arab Spring. Dalam artikel selanjutnya, nanti akan saya bedah lebih lanjut, anatomi dari NED dan Freedom House, yang bisa kita ibaratkan sebagai pemilik hajat dan penentu tema lakon pagelaran dari the Arab Spring ini. Untuk tulisan kali ini, kiranya cukup jelas untuk menggambarkan adanya modus operandi, jaringan dan mesin penggerak gelombang demo lengsernya Presiden Ben Ali dari Tunisia dan Hosni Mobarak dari Mesir. Baca juga Menerka Arah Rusuh Ambon Referendum di Papua : Belajarlah dari Sudan Selatan !!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H