Dalam lagu ini tikus mewakili para koruptor dan kucing mewakili petugas pemberasan korupsi yang pada saat ini instansinya disebut dengan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Kisah usang tikus-tikus kantor
Yang suka berenang di sungai yang kotor
Kisah usang tikus-tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi
Di balik meja teman sekerja
Di dalam lemari dari baja
Tikus  berdasi yang berada di kantor  merupakan hewan yang suka bersembunyi, rakus, dan teramat pintar. Sifat-sifat tikus yang tergambar dalam lirik lagu di atas merujuk pada para pejabat yang kerja disebuah instansi pemerintaH yang suka melakukan korupsi atau sebutan kerennya koruptor. Para pejabat suka ingkar janji dan menutupi keburukannya dengan bersembunyi. . Bahkan mereka saling tuding melempar kesalahan dengan teman sekantornya.
Kucing datang cepat ganti muka
Segera menjelma bagai tak tercela
Masa bodoh hilang harga diri
Asal tak terbukti ah tentu sikat lagi
Kucing atau para lembaga yang memberantas korupsi dikatakan memiliki muka dua yang dalam artian munafik. Mereka mudah berganti-ganti sifat. Mereka tidak selalu bersih, mereka suka tergiur dengan sogokan  manja dari pelaku korupsi.
Tikus-tikus tak kenal kenyang
Rakus, rakus, bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang tikus menghilang
Tikus-tikus tak kenal kenyang/ Rakus, rakus bukan kepalang/ otak tikus memang bukan otak udang. kalimat-kalimat itu merefleksikan para koruptor yang tidak pernah kenyang dengan hasil korupsinya, Â mereka selalu merasa kurang dan ingin terus melakukan korupsi.
Biasanya para koruptor ini memang diilhami otak yang pintar, saking pintarnya mereka dengan mudah membohongi masyarakat dan bersembunyi menutupi keburukannya. Bahkan mereka saling tuding melempar kesalahan dengan teman sekantornya. Namun saat para KPK datang mereka menghilang tidak meninggalkan jejak.
Kucing-kucing yang kerjanya molor
Tak ingat tikus kantor datang menteror
Cerdik, licik, tikus bertingkah tengik
Mungkin karena sang kucing pura-pura mendelik
Kucing-kucing yang kerjanya molor bermakna, para lembaga pemerintah yang pura-pura tidak tahu karena disogok dengan uang yang jumlahnya banyak atau mereka yang hanya duduk manis memakan gaji buta.