Mohon tunggu...
Diajeng Setyo
Diajeng Setyo Mohon Tunggu... -

I'm a simple girl

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Suminten: "Aku Bukan Sang Bunga Malam"

30 November 2011   13:37 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:00 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Yogyakarta, 4 Februari 2009

Hari ini aku punya teman baru yang diperkenalkan oleh sahabatku Raminto dan Priyo… Sebut saja “ Suminten , saat mereka memperkenalkan aku padanya … Gadis cantik seusiaku yang sungguh sangat modern, tidak salah semua mata akan memandangnya, bahkan laki – lakipun tak segan mengantri untuk dijadikan pacar… Sebuah misteri dibalik sosoknya yang manis dan manja, yang sampai sekarang tak dapat aku terka tentang siapa sesungguhnya “ SUMINTEN “….

Malam itu malam yang sangat dingin,, bahkan sampai menusuk persendian tulangku ini , Cerahnya malam setelah guyuran air hujan..,,tok… tokl… tok   Suara gaduh dari pintu rumahku yang mungkin saja sebentar lagi akan roboh …Nenek yang kebetulan hari itu ada di rumahku, membuka pintu .. dengan rona senang dan nada tinggi , nenek memanggilku “ Lasinem,,, ini nak Raminto sudah datang “ ……… Di ruang tamu yang mungkin hanya bisa ditempati beberapa orang, Raminto menyapa nenekku dengan kata – katanya yang santun . Sudah pasti nenekku yang selalu terpukau dengan tingkah laku Raminto, dan nenekku sdh menganggapnya seperti cucunya sendiri…. Bagaimana tidak, dia begitu santun di hadapan nenekku. Aku dan Raminto sudah berkenal cukup lama dan kami menjadi sahabat yang baik….

Malam itu dengan penuh ceria Raminto ingin memperkenalkanku dengan seseorang gadis cantik bernama “ SUMINTEN “…, Gadis kota yang datang ke kampung ini untuk menghabiskan liburanya disini … Dengansenang hati aku menerimannya sebagai seorang teman baru, namunada beberapa hal yang sangat misterius tentang dirimu yang tak aku ketahui bahkan saat aku bertanya pada sahabatku itu, hingga tanpa sengaja aku ketahui … Aku tak mau membahas apa yang kamu perbuat selama disini dengan seorang teman lelakinya , bagiku itu tidaklah penting dan kamu tidak pernah merugikanku,,yang aku pertanyakan , Bagaimana mungkin orang tuanya begitu leluasa melepas seorang gadis seperti dia..., lalu muncul dalam benakku " Apakah dia adalah beban bagi orang tuanya, sehingga tak ada perhatian sama sekali ... Ataukah memang itu adalah pergaulan bebasnya ???? Entahlah ....Tapi jauh dari itu semua , sebenarnya kau adalah gadis yang baik ,Aku ingin jadi temanmu namun kamu menolak aku tuk mengenalmu, Aku tak tahu apa alasanmu ????.. Aku ingin mengetahui semua kisahmu.

Yang aku tahu, kamu adalah gadis kota yang modern dengan pergaulan yang bebas

Yang aku tahu, orang tuamu membiarkanmu tumbuh begitu bebas, apakah kau adalah beban mereka ??

Yang aku tahu, kamu suka dengan kehidupan yang glamour dan mengikuti selalu mode

Yang aku tahu , kamu merebut kekasih temanku secara tidak sadar ??? dan membuat seorang perempuan terluka .

Yang aku tahu, kamu bekerja di sebuah café malam

Yang aku tahu, kamu melawan dinginnya malam untuk mendapatkan uang, entah demi apa kau mencari uang

Yang aku tahu, kamu seorang gadis yang kurang kasih sayang, entah kau mencari dimana kasih sayang itu...

Maafkan aku “ Suminten “ ……………………

Aku tak merasa lebih soleha darimu , hanya karena jilbab yang menutupi rambutku

Aku tak pernah merasa lebih baik darimu , hanya karena aku lebih santun

Aku tak mau menyebutmu gadis ‘ Malam ‘ hanya karena profesimu dan pergaulanmu



Suminten sesungguhnya …………….

Yang aku tahu , kita sama – sama wanita

Yang aku tahu, sesungguhnya kita bisa berteman walau mungkin kamu menganggapku berbeda( gadis kampung yang sama sekali tak modern )

Sesungguhnya aku ingin mendengar kisah hidupmu …… Suminten ,  apabila suatu saat kita bertemu “ Maukah kamu berbagi cerita denganku ,,,, Maukah kamu menjadi temanku, walau dengan seorang gadis desa sepertiku ????

By : Diajeng_evy setyo

Yogyakarta , 4 Februari , di atas trotoar pasar kembang terakhir kali aku menyapamu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun