Mohon tunggu...
Diajeng Ashkia
Diajeng Ashkia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Politik

Political science student interested in consulting.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tari Lengger Lanang: Media Budaya Cross-Gender di Indonesia

19 Mei 2022   16:07 Diperbarui: 19 Mei 2022   16:11 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Lengger Lanang merupakan sebuah bentuk kesenian dan kebudayaan yang mencerminkan persatuan atau peleburan antar gender; sifat maskulinitas dengan femininitas. Ibarat Yin dan Yang, Lengger Lanang dapat dikatakan sebagai wujud "protes" atau "pemberontakan" dari aktivitas peng'kotak-kotak'an seksualitas maupun gender yang selama ini telah bersarang, tumbuh, dan berkembang berdasarkan paham budaya patriarki.


Menurut kepercayaan Lengger Lanang, dalam tubuh manusia pasti terdapat dua sisi, yakni sisi maskulin dan sisi feminin. Adapun, komitmen dari Lengger itu sendiri adalah untuk dapat melukiskan perjalanan tubuh dalam meleburkan kesempurnaan tubuhnya antara maskulinitas dan femininitas dalam bentuk kesenian. Lengger Lanang merupakan sebuah media berekspresi yang sangat baik dalam mempresentasikan peleburan yang sempurna, dimana kita tak lagi melihat identitas gender berdasarkan penampakan (fisik) tubuh saja. Lengger Lanang bukanlah sebuah kesenian yang dipentaskan oleh para penari untuk hanya sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi saja, akan tetapi sebagai suatu bentuk penghargaan dan perayaan terhadap hidup dan kebebasan hidup.


Adapun, maksud dari kehadiran Lengger Lanang itu sendiri agar hilangnya penilaian-penilaian akan persepsi masyarakat yang terlalu membatasi gerak dan ruang lingkup seseorang berdasarkan gender stereotype tertentu, dimana khususnya dalam kasus ini, masyarakat pada umumnya menganggap tabu ketika melihat seorang laki-laki mengekspresikan diri melalui tarian, sebab aktivitas menari seringkali dinilai sebagai suatu "kegiatan perempuan".

Alhasil, menurut persepsi penulis, Lengger Lanang hadir sebagai agent of change yang tak lain kecuali memiliki misi untuk break the barrier. Meski kehadiran bentuk kesenian tersebut belum dapat diterima oleh beberapa kalangan masyarakat, akan tetapi Lengger Lanang sesungguhnya hanya berpesan untuk banyak belajar memahami dibandingkan banyak berbicara, serta untuk belajar untuk terus mencintai dibandingkan terlalu menghakimi. Nilai-nilai kehidupan yang diperjuangkan oleh Lengger Lanang pun merupakan nilai-nilai dasar kemanusiaan, yakni hak atas hidup, hak atas memilih, dan hak atas kebebasan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun